Laporan Hasil Wawancara Dan Observasi
Materi Kebahasaan
Mata Kuliah Kajian Pembelajaran bahasa Indonesia
Pada SMP Era Pembangunan.B
Tanggal 31 Maret 2017

OLEH KELOMPOK II
Evi Rizawati NIM 113085041400..
Hendrasius NIM 11308504140059
Vika Aulia NIM 113085041400…
SEMESTER : VI
KELAS : C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP SINGKAWANG
2017
A. Latar Belakang
Pendidikan
merupakan hal yang paling pokok dalam kehidupan suatu masyarakat. Tanpa adanya
pendidikan, suatu masyarakat dapat dikatakan
sebagai piring tanpa nasi. Istilah ini menggambarkan pentingnya
masyarakat dalam memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas. Adanya
pendidikan memberikan udara terbuka bagi masyarakat untuk dapat mengembangkan
pengetahuan dan keahlian yang dimiliki. Dengan mengenyam pendidikan yang layak
dan berkualitas seorang individu akan lebih leluasa dapat berkreasi dan
berinovasi dengan hal-hal yang ada disekitarnya. Dalam dunia pendidikan khususnya
jenjang sekolah menengah. Pengembangan diri seorang peserta didik sangat
penting untuk ditingkatkan, apalagi menyangkut masalah kebahasaan. Dalam
kebahasaan seorang peserta didik dituntut untuk mampu mengembangkan empat jenis
keterampilan yang ada dalam lingkup kebahasaan. Adapun empat jenis keterampilan
yang harus dikuasai oleh seorang peserta didik adalah: keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat
hal tersebut harus dikuasai secara perlahan dan perlu bimbingan dari guru
selaku pengajar di sekolah dan pengelola manajemen kelas.
Empat
keterampilan berbahasa yang menyangkut pembelajaran bahasa Indonesia merupakan
hal yang paling penting untuk dikembangkan oleh guru di sekolah. Keberhasila seorang guru selaku pendidik di
sekolah bergantung dari beberapa hal yang mendukung dan menunjang proses
pembelajaran dan pengembangan manajemen kelas. Adapun hal-hal yang menjadi
penentu dalam keberhasilan seorang guru dalam usahanya sebagai pengajar yaitu
(1) Kurikulum, selaku penyelenggara pendidikan, sekolah memiliki otoritas untuk
menentukan jenis dan bentuk kurikulum yang akan dikembangkan pada sekolah yang
bersangkutan. Sekolah wajib melaksanakan setiapketentuan yang telah diberikan
oleh dinas terkait selaku pemegang otoritas tertinggi dari instansi pendidikan
yang salah satunya mengembangkan kurikulum beserta perangkat pembelajaran yang
akan dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Tentunya setiap
sekolah memiliki perbedaan dalam pengembangan dan pengelolaan kurikulum yang
diajukan oleh dinas terkait. (2) Guru, selaku pengemban tugas mulia untuk
mencerdaskan bangsa, seorang guru tidak hanya memberikan pengajaran. Tentunya
guru juga harus mampu mendidik dan membimbing
peserta didiknya supaya mempunyai akhlak mulia dan menanamkan nilai – nilai
Pancasila. Guru selaku pemberi motivator, harus memiliki kapabiliti, keahlian
(Profesional) serta memiliki akhlak yang sesuai dengan nilai-nilai agama.
Tujuannya supaya setiap peserta didik terinspirasi dengan apa yang ia lihat
dalam diri seorang guru atau pendidik mereka yang menjadi panutan. Guru harus
memiliki keahlian khusus, memiliki jiwa sebagai pendidik bukannya sebagai
pekerja upahan, memiliki budi pekerti yang luhur, memiliki rasa tanggung jawab
kepada bangsa dan Negara serta Tuhan yang maha esa, memiliki rasa solidaritas
dan toleransi terhadap sesama guru dan
rasa empati terhadap masyarakat dan
peserta didik, serta memiliki jiwa disiplin diri yang tinggi dan taat kepada
atasan selaku pemegang otoritas tertinggi di sekolah. (3) Siswa, kegiatan
pembelajaran tidak akan terlaksana, apabila pada suatu sekolah tidak terdapat
peserta didik. Siswa merupakan modal utama dalam proses pendidikan. Siswa dapat
diibaratkan sebagai tempayan kosong yang akan diisi air oleh pemiliknya. Begitulah seorang peserta
didik, hendaknya memiliki niat dan semangat yang tinggi untuk belajar dalam
meraih cita-cita serta memajukan bangsa dan Negara. seorang peserta didik harus
memiliki tekat dan semangat dalam belajar selain itu harus memiliki akhlak dan
etika yang baik. (4) Sarana dan prasarana, Dalam pengadaan sarana dan
prasarana, sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikna tentunya sudah
menikirkan secara matang tentang sarana belajar yang akan digunakan dalam proses
pendidikan. Sarana menyangkut peralatan penunjang yang ada di sekolah, apakah
layak atau tidak digunakan dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah beserta
guru harus memikirkan secara matang hal-hal yang harus dipenuhi menyangkut
sarana belajar yang ada di sekolah tersebut. Prasarana termasuk lingkup yang
paling dominan dalam proses belajar. Ketersediaan prasarana yang layak, baik
dan menunjang akan memberikan dampak kepada peserta didik. Mereka akan
bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Namun sebaliknya siswa akan
jenuh dan merasa terganggu apabila prasarana pada sekolah tersebut tidak
memadai dan jauh dari layak. Jadi sekolah hendaknya memperhatikan kelayakan
sarana dan prasarana yang ada.(5) Interaksi belajar, adanya interaksi belajar yang
baik dalam
Buku
penunjang
B.
Masalah
1.
Bagaimana pelaksanaan kurikulum yang ada pada
SMP Era Pembangunan.B ?
2.
Bagaimana tingkat keprofesionalan Guru bahasa
pada SMP Era Pembangunan.B ?
3.
Bagimana tingkat ketertarikan siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia pada SMP
Era Pembangunan.B ?
4.
Bagaimana efektivitas sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan pembelajaran yang
ada di SMP Era Pembangunan.B?
5.
Bagaimana peranan buku sebagai penunjang dalam
kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia pada
SMP Era Pembangunan.B ?
6.
Bagaimana interaksi belajar yang ada pada SMP Era Pembangunan.B ?
c. Pembahasan
1. Hasil wawancara
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada hari
Sabtu,31 Maret 2017 pada sekolah SMP Era
pembangunan B dengan Bapak Bong Tjiu jiu ( Pak Bong) selaku guru atau informan
yang dapat memberikan informasi kepada kami selaku mahasiswa STKIP
singkawang, dapat kami simpulkan
beberapa informasi yang beliau berikan kepada kami:
a.
Kurikulum
Pada bagian kurikulum SMP Era pembangunan B, pada
tahun ajaran 2016/2017 menggunakan kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat satuan
pendidikan ( KTSP). Awalnya sekolah ini memang menggunakan Kurikulum KTSP lalu
berubah Kurikulum K 13. Karena dipandang terlalu sukar dalam pelaksanaan dan system
penilaiannya maka berganti kembali
dengan kurikulum KTSP. KTSP digunakan karena dianggap guru lebih memahami dalam
pelaksanaannya dilapangan ketika mengajar dan melakukan penilaian terhadap
peserta didik. Dalam kurikulum KTSP guru diwajibkan untuk membuat perangkat
pembelajaran seperti menyusun RPP berdasarkan silabus yang ada. RPP dibuat dan
dikembangkan sesuai keterampilan guru masing-masing. Rpp dibuat sebagai acuan untuk mengajar, namun
dalam pelaksanaannya terkadang guru harus melenceng dari paduan RPP tersebut
dikarenakan alokasi waktu yang tidak sesuai dikarenakan ada kegiatan tertentu
pada sekolah tersebut atau hal-hal lain yang tidak direncanakan dalam kalender
pendidikan. Namun hal tersebut tidak mengurangi makna dalam pembelajaran. Guru
tetap konsisten melakukan pembelajaran walaupun waktu dan acuan tidak terjadi
sinkron atau berbeda sehingga materi pelajaran tetap disampaikan. Pembuatan rpp
bagi guru merupakan hal yang diwajibkan karena merupakan tugasnya yang harus
dilaksanakan, bagi guru hal itu tidak merepotkan dan lumrah untuk dibuat oleh
masing-masing guru. Dalam upaya mengembangkan kurikulum KTSP, biasanya sekolah
mengutus gurunya untuk mengikuti pelatihan kurikulum atau biasa yang disebut
dengan bedah kurikulum bersama guru-guru lain pada sekolah lain yang ada di
wilayah gugus masing-masing. Setelah mengikuti bedah kurikulum, guru tersebut
melakukan pengembangan terhadap masing-masing bidang pelajaran di sekolahnya.
Selain itu wawancara yang dilakukan dengan nara sumber menyebutkan bahwa system
penilaian harus dilakukan seobjektif mungkin sesuai dengan kemampuan siswa.
Untuk mengukur tigkat pemahaman siswa dilakukanlah evaluasi berupa pemberian
latihan, ulangan harian, pemberian tugas, ulangan tengah semester dan ulangan
umum. Penilaian dilakukan setiap akhir pembelajaran dan setiap hasil tersebut
dilihat dan dievaluasi kembali, terhadap soal yang sukar dilakukan analisis
soal.
b.
Guru
Dari segi guru, kebanyakan guru yang mengajar adalah
tenaga guru yang berstatus guru honorer dan berijasah Sarjana Strata 1. Namun
guru tersebut ada yang tidak sesuai bidangnya, sehingga mereka harus mengikuti
pelatihan dan pengembangan guru lain. System jam mengajar guru pada sekolah ini
menerapkan system jam terbang, artinya guru tidak menetap pada sekolah
tersebut, guru hanya datang pada saat ada jam mengajarnya saja. Hal ini
berpengaruh pada system pemberian gaji guru, karena dipandang perlu menambah
penghasilan maka guru yang bersangkutan mengajar pada sekolah lain. untuk masalah
lain khususnya pembelajaran bahasa, guru tidak mengalami kesulitan karena telah
memiliki keterampilan dan memang sarjana bidang bahasa Indonesia. Selain itu
dari segi hubungan komunikasi antar guru dan kepala sekolah terjalin
silaturahmi yang baik. Apabila sekolah mengadakan perayaan natal bersama, maka
guru yang beragama lain turut ambil bagian dalam acara. Setiap guru juga saling
memahami sehingga apabila ada yang mengalami musibah maka mereka saling
mengunjungi.
c.
Siswa
Berdasarkan wawancara dengan seorang peserta didik
bernama Fransiska Eka kelas IX (P), yang bersangkutan menyatakan bahwa
menyenangi mata pelajaran bahasa Indonesia. Namun dalam pelaksanaannya
terkadang terdapat beberapa kesulitan khususnya materi menulis khusus
kebahasaan focus tanda baca dan membuat kalimat serta pengembangan paragraph.
Kendala yang dialami siswa adalah malu bertanya apabila tidak faham, hal ini
membuat siswa agak mengalami kesulitan. Namun berdasarkan wawancara, guru yang
bersangkutan dalam penyampaian materi masih menggunakan metode ceramah.
Tingkat ketertarikan siswa lebih
condong kearah kesusastraan,senang menulis puisi dan narasumber juga memiliki
buku cerita dan novel.
Dari segi hubungan komunikasi
dengan peserta didik lain disebutkan tingkat disiplin siswa agak sedikit
kurang, mungkin dikarenakan sekolah swasta yang memiliki peserta didik yang
berasal dari berbagai macam etnis dan mayoritas etnis thionghoa. Dari segi
pendisiplinan, sekolah akan memberikan sangsi pada siswa yang membuat masalah
baik dengan sesama siswa maupun dengan guru.
d.
Sarana dan prasarana
Untuk sarana dan prasarana, sekolah ini masih sedikit
kurang dalam penyediaan sarana belajar. Sekolah masih menggunakan system manual
dengan kapur dan papan tulis. Untuk fasilitas modern seperti proyektor belum
tersedia. Alat peraga bahasa masih kurang sehingga perlu adanya perbaikan dari
segi sarana. Sedangkan prasarana sudah lumayan layak, memiliki kapasitas untuk
menampung siswa sekitar 30an dan memiliki 7 lokal kelas yang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan belajar. Terdapat 1 ruang perpustakaan namun buku-buku bacaan
dan pelajaran masih minim sehingga terkadang guru harus meminjam dari sekolah
induk ( SMP Era Pembangunan A ) sebagai literatur bacaan. Sekolah ini tidak
menyediakan laboratorium bahasa dan ruang apresiasi kebahasaan, terkadang guru
memanfaatkan alam sebagai tempat untuk
berapresiasi.
e.
Interaksi belajar
Dari segi interaksi belajar, terkadang terdapat kendala
diantaranya siswa malu bertanya. Namun guru tetap konsisten memberikan
pengajaran secara maksimal. Guru tetap memberikan bimbingan dengan mengadakan
LES sebagai wujud pengayaan materi belajar kepada siswa. Dengan adanya
bimbingan dan pengayaan materi belajar tersebut maka akan meningkatkan hubungan
komunikasi yang baik antar siswa dan guru. Siswa menjadi aktif dan kreatif
terhadap materi yang disampaikan guru.
f.
Buku
Dari segi buku, sekolah mengadakan
penggandaan buku terbitan PT. Intan Pariwara sabagai buku pegangan siswa dan
guru. Siswa wajib memiliki secara individu. System penggandaannya, siswa
membeli kepada guru perbuku harganya Rp 20.000,-. Sistem pembayaran buku diangsur/dicicil
setiap saat oleh siswa kepada guru yang bersangkutan.
Selain itu untuk buku Guru,
biasanya guru menyediakan masing-masing buku pegangan. Hal ini bertujuan untuk
melengkapi apabila terdapat materi yang kurang lengkap atau tidak terdapat pada
buku panduan.
Dari segi pemilihan buku, sekolah ini
lebih kreatif. Apabila terdapat bahasa buku yang ditidak sesuai atau terdapat
gambar yang bersifat pelecehan maka buku tersebut tidak digunakan. Jadi,
pemilihan buku juga dilakukan.
2. Hasil observasi
a.
Kurikulum
Kurikulum KTSP
masih diterapkan pada SMP Era pembangunan B. Adanya kurikulum ini memudahkan
guru dalam mengembangkan bahan
ajar. Guru membuat media dan menyiapkan bahan ajar, penyiapan perangkat
pembelajaran tetap dilakukan oleh guru.
b.
Guru
Pada bagian ini, guru melakukan tugas sebagaimana yang
ditetapkan oleh yayasan dan menaati segala tata tertib dan peraturan yang ada
di sekolah tersebut. Guru yang mengajar harus memenuhi Kriteria yaitu S-1.
Namun pada SMP Era, guru yang mengajar ada sebagian guru yang belum S-1 dan ada
juga guru yang tidak memenuhi criteria Sarjana Pendidikan.
c.
Siswa
Untuk siswa ketika proses pembelajaran dilaksanakan,
yang terlihat di dalam kelas siswa kurang menyimak dengan apa yang di sampaikan
guru, kurang aktif, dan sibuk sendiri, tapi tidak semua siswa seperti itu,
masih ada siswa yang memperhatikan guru ketika proses pembelajaran dan
aktif ketika guru bertanya.
d.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di sekolah Era Pembangunan yang
terlihat tidak begitu baik, karena dapat dilihat dari bangunan-bangunan yang
ada di sekolah tersebut sangat sederhana, dari warna cat yang sudah pudar, dan
kondisi di dalam kelas yang tidak memadai.
e.
Interaksi belajar
Interaksi belajar pada sekolah ini, siswa belajar
dengan aktif, guru dan siswa saling berkomunikasi dengan baik,namun pada bagian
interaksi pembelajaran siswa cenderung malu untuk bertanya secara langsung
dikarenakan takut salah bertanya tentang materi pelajaran tersebut. Namun guru
tetap memberikan bimbingan secara perlahan.
f.
Buku.
Adapun buku
d. Penutup
Berdasarkan
wawancara yang dilakukan bersama Bapak Bong Tjiu Jiu di SMP Era pembangunan B
pada hari sabtu, 31 Maret 2017. Dapat di simpulkan bahwa SMP Era Pembangunan B,
mengembangkan kurikulum KTSP. Dalam rangka pengembangan kurikulum dan perbaikan
mutu, pihak sekolah bersama -sama dengan guru berupaya sebaik mungkin
meningkatkan mutu sekolah supaya dapat bersaing dengan sekolah lain yang ada di
kota singkawang. sekolah mewajibkan guru untuk membuat perangkat mengajar
berupa RPP dan mengikuti pelatihan kurikulum.
Dari segi tenaga pendidik, SMP Era
Pembangunan B menerapkan system honorer kepada semua pengajar yang ada di
sekolah tersebut. Hal ini dikarenakan kebanyakan guru yang mengajar pada
sekolah tersebut mengajar pada sekolah lain yang ada di kota singkawang,
sehingga untuk mengangkat guru tetap itu merupakan wewenang yayasan yang ada di
pusat.
Segi sarana dan prasarana, SMP Era Pembangunan
memiliki kendala dari alat peraga yang masih minim. Oleh karena itu perlu
adanya upaya yang maksimal dalam membenahi sarana yang ada di sana. Jika
dilihat dari segi prasarana, SMP Era Pembangunan memiliki ruangan yang lumayan
layak dan memenuhi criteria kelas. Lantai terbuat dari semen sedangkan tembok
terbuat dari batako atau semen, sedangkan atap terbuat dari seng. Penyediaan fasilitas
masih harus maksimal dan pendanaan dari yayasan ahrus lebih besar untuk biaya
pengembangan sekolah termasuk pengadaan perpustakaan dan buku-buku pelajaran
serta buku bacaan buat siswa.
Dari segi siswa atau peserta didik,
SMP Era Pembangunan harus secara maksimal memberikan bimbingan kepada siswa
yang kurang. Siswa diberikan tuntunan dalam mengembangkan kemandiriannya agar
siswa dapat belajar lebih maksimal.
Dalam hal interaksi belajar, siswa
SMP Era Pembangunan B memiliki tingkat kelemahan, dimana siswa selaku peserta
didik malu untuk bertanya apabila terdapat hal yang belum di pahami khususnya
materi belajar.
e.
Lembar
lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar