Sabtu, 20 Juni 2015


PLATO

Plato dilahirkan di Athena, di tengah kekacauan perang Peloponesos tahun 427 S.M., dan meninggal di sana tahun 347 S.M. Ia berasal dari keluarga aristokrat yang turun-temurun memegang peranan penting dalam politik Athena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan kepadanya untuk mengikuti jalan hidup yang diinginkannya itu. Sejak berumur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Sokrates. Pelajaran itu yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh Sokrates semakin lama semakin mendalam padanya. Ia menjadi murid Sokrates yang setia. Sampai akhir hayatnya, Sokrates tetap menjadi pujaannya. Sokrates bagi Plato adalah seorang yang sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya, orang yang tak pernah berbuat salah. Hukuman yang ditimpakan kepada Sokrates dipandangnya suatu perbuatan zalim semata-mata. Ia sangat sedih dan menamakan dirinya sebagai seorang anak yang kehilangan bapak. Ia sedih, tetapi terpaku karena pendirian Sokrates yang menolak kesempatan untuk melarikan diri dari penjara, dengan memperingatkan ajarannya, "Lebih baik menderita kezaliman daripada berbuat zalim."
Plato mempunyai kedudukan istimewa sebagai seorang filsuf. Ia pandai menyatukan puisi dan ilmu, seni dan filosofi. Pandangan yang dalam dan abstrak sekalipun dapat dilukiskannya dengan gaya bahasa yang indah. Tidak ada seorang filsuf sebelumnya yang dapat dibandingkan dengannya dalam hal ini. Juga sesudahnya tak ada.
Sesudah Sokrates dihukum mati, Plato bersama teman-teman yang sealiran pindah ke Megara untuk meneruskan cita-cita guru mereka. Pada umur 40 tahun Plato pindah ke istana Dionysios I di kota Sirakus, Sisilia. Melalui raja itu ia ingin merealisasikan cita-citanya tentang penguasa yang adil. Namun, ia gagal total dan hampir saja dijual sebagai budak di pasar kota Aegina andaikata tidak kebetulan dilihat dan ditebus oleh seorang temannya. Plato akhirnya kembali ke Athena. Waktu temannya itu menolak untuk menerima kembali uang tebusan, Plato memakai uang itu untuk mendirikan Akademia, sekolah tersohor tempat ia mengajar. Karena itu, dapat dikatakan bahwa universitas Eropa pertama didirikan dengan uang harga penjualan seorang filsuf. Plato kembali ke Sisilia dua kali dan mencoba untuk mempengaruhi para penguasa di sana, tetapi selalu gagal. Tahun-tahun terakhir hidupnya dipergunakannya untuk mengajar di Akademia.
Selama kehidupan yang cukup ramai itu, Plato rajin menulis. Hampir semua tulisan Plato berupa dialog; dalam dialog itu pada umumnya Plato memakai Sokrates untuk mengemukakan pandangan-pandangannya. Semua karya Plato, lebih dari 25 jumlahnya, masih ada. Yang paling terkenal adalah 10 buku (atau bab) Politeia ("Negara"), yang memuat ajaran Plato yang termasyur tentang negara. Tulisan-tulisan itu amat berpengaruh terhadap pemikiran Eropa selanjutnya. Pernyataan Alfred N. Whitehead bahwa seluruh filsafat pasca-Plato hanyalah sekadar catatan kaki terhadap karya Plato tidak jauh dari kebenaran.
Filsafat Plato yang sampai kepada kita melalui karyanya itu bertitik pangkal pada adanya pertentangan antara Ada dan Menjadi, antara Satu dan Banyak, antara Tetap dan Berubah-ubah. Manakah dari kedua alternatif tersebut dapat dipilih sebagai titik pangkal filsafat yang memang sedang mencari satu asas utama? Manakah dari kedua alternatif itu dapat dianggap sebagai kenyataan (dan pengetahuan) yang sejati (Yunani: "ontos on", "benar-benar ada"), manakah yang semu (Yunani: "doza", "perkiraan" atau "maya")? Dalam dialog-dialognya, Plato menampilkan Sokrates beserta cara kerjanya supaya mereka yang menjadi kawan dialognya menemukan dalam diri mereka suatu kepastian pengetahuan. Pengetahuan itu berasal dari dalam jati dirinya yang bersifat bawaan (Inggris: Innate) sejak lahir. Pengetahuan itu mengalahkan segala keragu-raguan yang muncul berdasarkan segala penampilan dan pengalaman jasmani atau inderawi yang bermacam-macam (berganti-ganti, berubah-ubah). Oleh karena itu, terdapatlah pertentangan antara jati diri dengan penampilan yang dialami setiap manusia
Pemecahan atau pencairan pertentangan itu dirumuskan Plato lebih lanjut dengan memakai suatu istilah yang seakan-akan berasal dari dunia pengetahuan dalam arti amat luas. Istilah itu adalah idea. Kata Yunani itu mempunyai akar "Wid" dengan arti "melihat" dengan mata kepala (Latin: "Videra", Inggris: "Vision") maupun menatap dengan mata batin sampai "mengetahui" (Jerman: "Wissen"; Inggris: "Wisdom"). Menurut Plato, pada awalnya, jati diri atau jiwa manusia hidup di "dunia idea-idea" atau surga, dan dunia itu jauh dari dunia fana ini. Sejak awal jiwa berada di dunia fana - maka secara bawaan - ia menatap dengan batinnya idea-idea sempurna dan abadi; umpamanya idea tentang kebaikan, kebenaran, keindahan, keadilan, tetapi juga idea manusia atau kuda. Entahlah karena peristiwa apa, jiwa manusia itu "jatuh" dari dunia idea-idea itu ke dalam dunia ini sampai ke dalam "penjara" yaitu tubuh manusia. Melalui indera tubuhnya (terutama mata) ia melihat dan menatap dunia fana yang terdiri atas bayang-bayang atau "bayangan" dari idea-idea yang "semula" pernah ditatapnya secara murni. Lalu manusia ingat akan idea-idea murni itu yang "dahulu kala" ditatapnya dan yang secara bawaan memang menemaninya secara terselubung.
Untuk lebih memahami pikiran Plato tentang idea, kita dapat memakai perumpamaan yang terdapat di buku ketujuh Politeia, yaitu "perumpamaan tentang gua". Bayangkan sebuah gua; di dalamnya ada sekelompok tahanan yang tidak dapat memutarkan badan, duduk, menghadap tembok belakang gua. Di belakang para tahanan itu, di antara mereka dan pintu masuk, ada api besar. Di antara api dan para tahanan (yang membelakangi mereka) ada budak-budak yang membawa berbagai benda, patung, dan lainnya. Yang dapat dilihat oleh para tahanan hanyalah bayang-bayang dari benda-benda itu. Karena itu, mereka berpendapat bahwa bayang-bayang itulah seluruh realitas. Namun, ada satu dari para tahanan dapat lepas. Ia berpaling dan melihat benda-benda yang dibawa para budak dan api itu. Sesudah ia susah payah keluar dari gua dan matanya membiasakan diri pada cahaya, ia melihat pohon, rumah, dan dunia nyata di luar gua. Paling akhir ia memandang ke atas dan melihat matahari yang menyinari semuanya. Akhirnya ia mengerti, bahwa apa yang dulunya dianggap realitas bukanlah realitas yang sebenarnya, melainkan hanya bayang-bayang dari benda-benda yang hanya tiruan dari realitas yang sebenarnya di luar gua.
Plato memakai perumpamaan itu dalam rangka usahanya untuk menerangkan apa yang terjadi pada saat manusia mengenal atau mengetahui sesuatu. Sesuatu yang bukan lagi realitas inderawi, yang hanya cerminan realitas yang sebenarnya dalam medium materi (patung-patung yang meniru apa yang nyata-nyata ada). Melainkan sesuatu realitas yang sebenarnya, yang bersifat rohani. Pengetahuan sebagai hasil mengingat (anamnesis) akan suatu lapisan kesadaran bawaan dalam jati diri manusia itu, dicirikan oleh filsuf-filsuf modern sebagai pengetahuan berdasarkan intuisi. Melalui kesan dan pengamatan intuitif, manusia merasa bahwa ia sudah tahu, tanpa merasa perlu melakukan suatu pengamatan, penelitian atau penalaran lebih lanjut. Dan apabila seorang manusia sudah lebih dalam terlatih dalam hal intuisi, ia akan sanggup menatap dan seakan-akan memiliki sejumlah idea, "melihat matahari", misalkan tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, tetapi juga tentang pemerintahan, negara, pendidikan, sampai idea-idea itu tampil di hadapannya secara berjenjang-jenjang atau hierarkis, yaitu: jenjang kebenaran, jenjang nilai-nilai, dan lain-lain. Berdasarkan nilai tertinggi kebenaran hingga nilai terendah maka dapat "ditarik" suatu kesimpulan deduktif, seperti yang terdapat dalam matematika. Manurut Plato, matematika adalah bentuk pengetahuan yang paling sempurna. Tak seorangpun ia ijinkan masuk ke dalam Akademia-nya kalau belum terlatih dalam matematika, terlatih dalam hal "menurunkan" kebenaran dan nilai partikular dari kebenaran dan nilai yang lebih umum.
Filsafat manusia Plato bersifat dualistis. Jiwa itu paling utama, "dipenjarakan" dalam tubuh. Uraian-uraian Plato harus dimengerti sebagai usaha berbentuk sastra untuk mengungkapkan suatu intuisi tentang hakikat manusia. Tetapi juga dalam usaha-usaha lainnya Plato tidak seluruhnya luput dari dualisme, umpamanya dalam perumpamaan tentang penunggang kuda dan kudanya, atau tentang manusia bersayap yang kehilangan sayap-sayapnya. Jasa Plato terletak dalam upayanya menyatupadukan pertentangan-pertentangan para filsuf pra-Sokrates. Namun ia belum selesai menyajikan suatu gambaran tentang pengetahuan manusia dan tentang manusia itu sendiri sebagai suatu gejala yang tunggal dan esa.
Etika Plato, yang didasarkan pada etika Sokrates, amat menekankan unsur pengetahuan. Bila orang sudah cukup tahu, pasti ia akan hidup menurut pengetahuannya itu. Oleh karena itu, dalam rangka dialog-dialognya Sokrates seringkali cukup bagus menyadarkan orang akan adanya suara batin. Pendapat Plato seterusnya tentang etika bersendi pada ajarannya tentang idea. Tanda dunia idea adalah tidak berubah-ubah, pasti dan tetap dan merupakan bentuk yang asal. Itulah yang membedakannya dari dunia yang nyata, yang berubah senantiasa. Dalam perubahan itu dapat ditimbulkan bentuk-bentuk tiruan dari bangunan yang asal, dari dunia idea. Sebab itu ada dua jalan yang dapat ditempuh untuk melaksanakan dasar etika:
Pertama, melarikan diri dalam pikiran dari dunia yang lahir dan hidup semata-mata dalam dunia idea. Kedua, mengusahakan berlakunya idea itu dalam dunia yang lahir ini. Dengan perkataan lain: melaksanakan "hadirnya" idea dalam dunia ini. Tindakan yang pertama adalah ideal, yang kedua kelihatan lebih riil. Kedua jalan itu ditempuh oleh Plato. Pada masa mudanya, seperti tersebut dalam bukunya Phaedros, Gorgias, Thaetet dan Phaedon, ia melalui jalan pertama. Pelaksanaan etikanya didasarkan pada memiliki idea sebesar-besarnya dengan menjauhi dunia yang nayata. Hidup diatur sedemikian rupa, sehingga timbul cinta dan rindu kepada idea.
Plato mungkin merasakan kemudian, bahwa ideal itu sukar dilaksanakan. Dalam bagian kedua hidupnya ia berpaling ke jalan yang kedua. Sungguhpun bangunan-bangunan tiruan dari idea jauh lebih sempurna, sikap hidup diatur sedemikian rupa, supaya dunia yang lahir "ikut serta" pada idea. Cara itu dibentangkan di dalam bukunya Republik, dengan menciptakan suatu negara ideal.
Filsafat Negara Plato menjadi amat terkenal. Pemikirannya tentang filsafat negara malah menjadi acuan atau motivasi untuk mengembangkan epistemologi, filsafat manusia maupun etikanya lebih lanjut. Dapat digambarkan sebagai berikut:
SUSUNANMANUSIA KEUTAMAAN-KEUTAMAAN SUSUNANNEGARA
akal budikehendak yang kuattubuh kebijaksanaankeberaniankeadilankeugaharian para pemimpinpara prajuritpara hakimpetani dan tukang
Seperti halnya akal budi dan pengetahuan manusia adalah sumber hikmat dan kebijaksanaan yang menentukan segala keutamaan etis yang hendak dikembangkan, demikianlah para filsuf hendaknya dijadikan pemimpin negara dengan para prajurit, dan, pada tahap yang lebih rendah, para petani dan tukang di bawah mereka. Dan sama seperti keseimbangan, antara segala keutamaan diatur keadilan, demikianlah para hakim menjamin kekuatan dan kemakmuran negara di bawah pimpinan para filsuf.
Tentang filsafat ketuhanan, Plato tidak mempunyai kedudukan yang jelas. Meskipun Plato seringkali membicarakan atau menyinggung Yang Ilahi (paling bagus dalam dialog yang berjudul Symposium), dan meskipun ia jelas sekali tidak setuju dengan adanya para dewa dan dewi mitologi Yunani yang disembah khalayak ramai, namun paham tentang Allah Pencipta dan Yang Esa tidak ditemukan dalam karya Plato; ada "Demiurg" yang pandai mengatur segala apa yang kita saksikan, tetapi bukan sebagai pencipta. Dunia idea-idea tentu saja tempat di mana Yang Ilahi itu muncul dalam filsafat Plato, maka manusia yang melalui filsafat berusaha mendekati idea-idea itu, mendekati Yang Ilahi itu juga. Dari hal ini, filsafat ketuhanan Plato kemudian berpengaruh menjadi penunjuk dan pintu menuju berbagai bentuk mistik dan kebatinan.

Kata Kata Bijak Tokoh Orang Terkenal di Dunia

Pada kesempatan kali ini admin akan memberikan informasi seputar kata kata bijak tokoh orang terkenal di dunia yang diambil dari berbagai sumber yang bisa menjadi inspirasi buat kamu.


 Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun. ( Soekarno)
“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno)
 Marah itu gampang. Tapi marah kepada siapa, dengan kadar kemarahan yang pas, pada saat dan tujuan yang tepat, serta dengan cara yang benar itu yang sulit. (Aristoteles)
 Jangan pernah melupakan apa pun yang dikatakan seseorang ketika ia marah, karena akan seperti itu pulalah perlakuannya pada Anda. (Henry Ward Beecher)
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat. (Winston Chuchill)
 Lebih baik bertempur dan kalah daripada tidak pernah bertempur sama sekali. (Arthur Hugh Clough)
Diam adalah lebih baik daripada mengucapkan kata-kata yang tanpa makna.
( Pythagoraz)
Anda tidak akan bisa lari dari tanggung jawab pada hari esok dengan menghindarinya pada hari ini. ( Abraham Lincoln)
Semua yang riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat riil. (Hegel)
Seorang pendengar yang baik mencoba memahami sepenuhnya apa yang dikatakan orang lain. Pada akhirnya mungkin saja ia sangat tidak setuju, tetapi sebelum ia tidak setuju, ia ingin tahu dulu dengan tepat apa yang tidak disetujuinya. (Kenneth A. Wells)
Bila orang mulai dengan kepastian, dia akan berakhir dengan keraguan. Jika orang mulai dengan keraguan, dia akan berakhir dengan kepastian. (Francis Bacon)
Kita tidak selalu bisa membangun masa depan untuk generasi muda, tapi kita dapat membangun generasi muda untuk masa depan. ( Franklin D Roosevelt )
Mereka yang berjiwa lemah tak akan mampu memberi maaf yang tulus. Pemaaf sejati hanya melekat bagi mereka yang berjiwa tangguh. (Mohandas Gandhi)
Nalar hanya akan membawa anda dari A menuju B, namun imajinasi mampu membawa anda dari A ke manapun. (Albert Einstein)
Tak diinginkan, tak dicintai, tidak diperhatikan, dilupakan orang, itu merupakan derita kelaparan yang hebat, kemiskinan yang lebih besar daripada orang yang tak bisa makan. Kita harus saling merasakan hal itu. (Ibu Teresa)
Kita mengajarkan disiplin untuk giat, untuk bekerja, untuk kebaikan, bukan agar anak-anak menjadi loyo, pasif, atau penurut. (Maria Montessori)
Jangan pernah membanting pintu, siapa tau kita harus kembali. (Don Herold)
 Pendidikan mengembangkan kemampuan, tetapi tidak menciptakannya. (Voltaire)
Kegagalan biasanya merupakan langkah awal menuju sukses, tapi sukses itu sendiri sesungguhnya baru merupakan jalan tak berketentuan menuju puncak sukses. (Lambert Jeffries)
Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain. (Michel De Montaigne)
Mereka yang tidak mengambil pelajaran dari sejarah, maka mereka ditakdirkan untuk mengulanginya. (George Santayana)
Kerendahan hati disukai orang-orang terkenal. Namun orang yang bukan apa-apa sulit untuk rendah hati. (Paul Valěry)
 Alat penghemat kerja yang paling populer sampai saat ini masih tetap suami yang berada. (Joey Adams)
Orang yang berjiwa cukupan, merasa bisa menulis dengan hebat. Orang yang berjiwa besar merasa bisa menulis cukupan. (La Bruyère)
Lebih baik hidup satu tahun sebagai harimau daripada hidup 100 tahun sebagai domba. (Madonna)
Kesempatan emas seringkali dilewatkan banyak orang karena selintas terlihat seperti hal yang biasa-biasa dan sepele saja. (Thomas Alva Edison)
Orang memerlukan dua tahun untuk berbicara, tetapi limapuluh tahun untuk belajar tutup mulut. (Ernest Hemingway)
Saya tak hanya menggunakan semua kecerdasan yang dimiliki otak melainkan juga yang dapat saya pinjam. (Woodrow Wilson)
Ketakutan adalah teman terbaik sekaligus musuh terburuk. Ini seperti api. Jika bisa mengendalikannya, itu bisa untuk memasak dan menghangatkan rumah. Sebaliknya jika tidak bisa mengendalikan justru akan membakar dan menghancurkan Anda. (Mike Tyson)
”Mulai” adalah kata yang penuh kekuatan. Cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu adalah, “mulai”.Tapi juga mengherankan, pekerjaan apa yang dapat kita selesaikan kalau kita hanya memulainya. (Clifford Warren)
Keberhasilan ditentukan oleh 99 % perbuatan dan hanya 1 % pemikiran (Albert Enstein)
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh (Confusius)
“Cinta adalah bagai mawar liar, indah dan tenang, tetapi mampu menumpahkan darah demi mempertahankannya”.(Mark A. Overby)

Itulah kata kata bijak tokoh orang terkenal di dunia yang bisa anda jadikan sebagai motivasi dan instropeksi buat diri kita sendiri. Dan jangan lupa SHARE dan LIKE


Judul Buku       : Bangkit Dari Kubur
Pengarang       : Tara Zagita
Cetakan           : Pertama 1997
Penerbit          : Sinar Matahari Jakarta
Jenis Buku       : Novel Fiktif

                A.Unsur Instrinsik
v  Tema                     : Mistik
v  Alur cerita           : Campuran (Maju-Mundur)
v  Latar /setting     :
Ø  Waktu   :
· Pagi Hari
§   Setengah tujuh lewat ….(hal.84)
§   Sebelum  fajar menyinsing…(hal.102)
· Siang Hari
§   Mereka harus datang esok harinya walau…. (hal .19)
§   Siang itu matahari ….(hal.105)
§   Selamat siang…(hal.111)
· Sore hari
§      Sekarang masih pukul tiga sore ….(hal. 58)
§      Sekitar pukul dua …(hal.64,65)
§    Jangan sore ini dong…(Hal. 80)
§  Sore itu Ricko…(hal.114)
· Petang
§  Petang itu ricko …..(hal.35)
· Malam Hari
§  Lewat di depan kuburan malam malam begini  saja ……  (hal20)
§  Pukul tujuh lewat empat puluh enam menit malam ….(hal.66)
§  Agar lampu dinyalakan …(hal.70)
§  Keheningan malam…(hal.123)
§  Memandang malam..(hal.124)
§  Rembulan kembali terselubung…(hal.138)
· Tengah Malam
§  Lewat tengah malam suara ketukan pintu terdengar samar-samar …….(hal.5)
                   
Ø  Tempat :
- Rumah Natasha (hal.5,56,)
- Kamar tidur Nathasia (hal.5)
- Rumah kumala dewi (hal.19,63,67)
- Di jalan
- Pasar loak (hal.27)
- Ruang tamu (hal.35)
- Di dapur (hal.37)
- Di parkiran grand steak( hal .42, 46)
- Kamar pedupaan
- Ruang Tamu Rumah Kumala Dewi(hal.37)
- Kantor polisi (hal.107,111)
- Dalam mobil
- Kantor Kumala Dewi
- Kota Jakarta (hal.44)
- Rumah Ricko (hal.45,47)
- Rumah Dakar (hal .55)
- Showroom(hal. 58,62)
- Pinggian kota Jakarta (hal.81)
- Rumah Tante Orri(hal.81)
- Dalam kamar (hal.88)
- Ruang tengah rumah kumala dewi(hal.127)
Ø  Suasana :
J  Mencekam
F  Merinding dan berdebar-debar…. (hal .6)
F  Perasaan takut dan mencekam …(hal.69)
F  Membuat bulu kuduk berdiri …(hal.85)
J  Menakutkan
F  Ia  memekik kaget dan melompat ….(hal.36)
F  Rasa kaget dan takut membuat….(hal.39)
F  Ia bergitik merinding…(hal.92)
F  Suasana menyeramkan…(hal.139)
J  Romantic
F  Memperhatikan dirinya sejak tadi…(hal.75)
F  Beradu pandang…(hal.75)
F  Mengagumi kecantikan…(hal.78)
F  Bayang-bayang indah dari ….(hal.98)

v  Penokohan         :
F  Kumala dewi              : Bijaksana,ramah.
F  Natasia                         :Penakut.
F  Darus                            : Baik,romantic.
F  Ricko                             :Romantis dan perhatian.
F  Empu canggah           : Angkuh,sombong,tak setia.
F  Buron/jin Layon        : Usil dan penurut.
F  Mak Bariah                 : Penurut,jujur dan taat.
F  Shandi                          : Penurut,patuh,setia.
F  Ujang                            : Jujur.
F  Pak man                       :Jujur dan patuh.
F  Suyatmi                        :jujur.
F  Tante Orri                    :Romantic,sensual
F  Pelayan Tante Orri   :penurut
F  Teman Tante Orri     : penurut
F  Polisi/Mayor Johan : Ramah
F  Sersan Burhan           :Ramah

v  Sudut Pandang :
©       Orang Pertama
©       Orang Kedua
©       Orang Ketiga/Serba tahu
©       Campur-aduk(Multiple)


v  Gaya Bahasa      :
Dalam novel ini,pengarang menggunakan bahasa yang ada didalam pergaulan sehari-hari,namun dibalik  itu semua terdapat unsure kebahasaan berupa majas atau gaya bahasa yang memperindah
Ä  Nafaspun terasa berat. (asosiasi)
Ä  Hidungnya tertutup bantal. (Hiperbola)
Ä  Suara detak jam dinding terasa menghentak ditelinga. (Hiperbola)
Ä  Lolongan suara meliuk-liuk. (Personifikasi)
Ä  Suara menggema di tengah malam. (Hiperbola)
Ä  Lehernya terkoyak.(Hiperbola)
Ä  Jari –jari tangan tampak berkuku runcing dengan warna kebiru-biruan. (Hiperbola)
Ä  Suara berbisik itu bagaikan menembus ketebalan bantal. (Personifikasi)
Ä  Di balik daun jendela.(metonimia)
Ä  Seraut wajah pucat yang membuat jantung nathasia bagaikan terlonjak dari  tempatnya. (Personifikasi)
Ä  Jantungku copot. (Hiperbola)
Ä  Membasahi kerongkongan yang kering. (Hiperbola)
Ä  Wajahnya memancarkan ketegasan.(pleonasme)
Ä  Mayatnya dicuri orang. (pleonasme)
Ä  Natasia selalu menggugurkan kandungannya. (pleonasme)
Ä  Duri dalam rumah tangga. . (Hiperbola)
Ä  Punya alibi kuat. (pleonasme)
Ä  Tangisnya selalu disembunyikan. (Hiperbola)
Ä  Tidak akan buka mulut. (Hiperbola)
Ä  Anak dewa yang dibuang kebumi. (Hiperbola)
Ä  Ia mampu menyadap seluruh ilmu yang dimiliki seseorang. (Hiperbola)
Ä  Memindahkan ilmu seseorang ke otaknya. (Hiperbola)
Ä  Mati membusuk di liang kubur. (Hiperbola)
Ä  Mengejar berita.(personifiksi)
Ä  Keramahan yang memancarkan keanggunan charisma yang cukup tinggi. (Hiperbola)
Ä  Sepasang mata menempel pada dinding. (Hiperbola)
Ä  Mata yang masih hidup. (Hiperbola)
Ä  Tembok itu bermata. (Hiperbola)
Ä  Bagaikan memotong tembok tebal. (Hiperbola)
Ä  Bicara empat mata. (Hiperbola)
Ä  Menempel pada dinding. (Hiperbola)
Ä  Sepasang mata naik kelangit- langit. (Hiperbola)
Ä  Memancing kecurigaan. (Hiperbola)
Ä  Jatuh seperti dua butir telur ayam yang berwarna hitam putih. (Personifikasi)
Ä  Jerit roda memeluk tinggi-tinggi. (personifiksi)
Ä  Kurantai lehermu dan ku benamkan kedasar laut. . (Hiperbola)
Ä  Di penjarakan di sebuah guci. (Hiperbola)
Ä  Rohnya melayang-layang ke masa beberapa ratus tahun yang lalu. (Hiperbola)
Ä  Mata menatap tajam kepada sang empu. (Hiperbola)
Ä  Kau manusia yang lebih hina dari seekor katak.(sinisme)
Ä  Tubuh katak meletup menyemburkan asap. (Hiperbola)
Ä  Jarinya bagaikan kaki-kaki kecil yang berlarian di lantai karpet.(personifikasi)
Ä  Gadis cantik berbibir ranum sensual itu,menatap sandi tajam-tajam. (hiperbola)
Ä  Banyak orang yang melihat baku tembak antara pihak perampok dengan pihak keamanan.(sinekdoke)
Ä  Pancaran matanya cukup tajam.(hiperbola)
Ä  Bak mata seekor burung elang.(alegori)
Ä  Punggung perempuan itu seperti dinding beton yang sukar dirobohkan.(perumpamaan)
Ä  Bibirnya akan menjadi lebih hitam lagi. (hiperbola)
Ä  Kain satin berwarna merah menyala.(personifikasi)
Ä  Panjang jubah hampir mencapai mata kaki. (hiperbola)
Ä  Bulu kuduk meremang bersama desiran rasa seram dalam hati. (hiperbola)
Ä  Terasa menyesakkan dada dan mengeringkan tenggorokan. (pleoname)
Ä  Menyeringai seperti kuda.(perumpamaan)
Ä  Timbul debar-debar keindahan.(pleonasme)
Ä  Benaknya dihinggapi bayangan – bayangan indah dari sebuah percumbuan.(pleonasme)
Ä  Hatinya memendam kemarahan.(pleonasme)
Ä  Cengar-cengir tertawa kecil.(aliterasi)
Ä  Hati mulai berbunga.(hiperbola)
Ä  Menggunakan land cruiser hitam.(metonimia)
Ä  Perampok itu menewaskan tiga nasabah.(sarkasme)
Ä  Duduk didepan pesawat TV.(metonimia)
Ä  Menghembuskan nafas panjang-panjang.(aliterasi)
Ä  Ia tenggelam dalam keheningan malam. (Hiperbola)
Ä  Diam tanpa suara,biru tanpa kata.(asonansi)
Ä  Cahaya rembulan bersinar pucat menerpa dedaunan. (Hiperbola)
Ä  Suara angin menderu dan lolongan anjing bersahutan. (Hiperbola)
Ä  Gelegar petir menyambar-nyambar,bagaikan ingin menghancurkan rumah. (Personifikasi)
Ä  Kain gorden terhempas angin. (Hiperbola)
Ä  Mereka terguncang-guncang oleh getaran lantai yang seolah ingin retak. (Personifikasi)
Ä  Gelombang padat yang menerjang berkali-kali. (Personifikasi)
Ä  Kedua tangan memancarkan cahaya putih keperak-perakan. (Hiperbola)
Ä  Pintu almari menjadi jebol. (Hiperbola)
Ä  Pembatas ruangan jebol. (Hiperbola)
Ä  Kedua matanya memancarkan sepasang sinar hijau lurus seperti laser. (Hiperbola)
Ä  Letupan yang memercikkkan bunga api. (Hiperbola)
Ä  Tubuhnya membentur dinding dengan keras. (Personifikasi)
Ä  Suara yang mirip derap kaki kuda.(metafora)
Ä  Getaran yang mirip gempa itupun hilang berganti kesunyian. (metafora)
Ä  Sebagian darah dari pelipisnya membasahi rambut. (Hiperbola)
Ä  Keadaan rumah menjadi seperti kapal pecah.(ironi)
Ä  Suara gemuruhnya  terdengar menegangkan urat saraf.(pleonasme)
Ä  Matanya mulai tampak ganas. (Hiperbola)
Ä  Tubuh tinggi besar,berkepala gundul,kedua matanya sebesar bola tenis berwarna merah,kulitnya hitam berlendir.(pleonasme)
Ä  Bau kambing dan amis darahpun menyebar dari tubuhnya. (Hiperbola)
Ä  Langkah kakinya menggetarkan seluruh isi rumah. (Hiperbola)
Ä  Suara gemuruh seperti derap kaki kuda. (Personifikasi)
Ä  Suara petir mulai terdengar bagai akan menghujani rumah kumala dewi. (Hiperbola)
Ä  Kilatan  cahaya biru petir melesat kesana – sini.(Personifikasi)
Ä  bagaikan ingin mencabik-cabik bumi. (Personifikasi)
Ä  Rembulan kembali berselubung mega hitam.(metafora)
Ä  Angin berhembus dengan kencang. (Hiperbola)
Ä  Menyerupai badai penjemput ajal. (Personifikasi)
Ä  Suaranya menggetarkan pepohonan di sekita tempat itu. (Hiperbola)
Ä  Gumpalan keempat kabut menerjang Jin layon. (Hiperbola)
Ä  Badai besar berhembus dalam sekejap. (Hiperbola)
Ä  Seperti tulang-tulang raksasa yang patah dan berhamburan. (Personifikasi)
Ä  Meluncur mengubah bentuk seperti tombak raksasa.(metafora)
Ä  Keluar lidah api yang  menyembur dengan ganas. (Hiperbola)
Ä  Ledakan yang timbul menghadirkan angin besar. . (Hiperbola)
Ä  Sinar hijau berekor mirip meteor.(metafora)
Ä  Melesat dengan cepat dan menerjang gumpalan kabut. (Personifikasi)
Ä  Naga dari kabut hitam itu pecah menyebar.(metaforra)
Ä  Jatuh terkapar dijalanan beraspal.(pleonasme)
Ä  Gumpalan kabut yang lenyap menembus langit. (Hiperbola)
Ä  Menggema kemana-mana. (Hiperbola)
Ä  Dadaku sesak  seperti mau jebol. (Hiperbola)
Ä  Ketiga mayat yang kini dalam keadaan membusuk. (Hiperbola)

v  Pesan moral
      Dalam novel ini,pengarang menyampaikan  pesan moral antara lain :
Ø  Harus membela kebenaran.
Ø  Tidak boleh menjadi orang yang penakut.
Ø  Tidak boleh mempunyai sifat yang sombong.
Ø  Harus bisa menghargai orang lain.
Ø  Bisa menghargai makhluk ciptaan Tuhan lainnya,walau mereka hidup pada dunia yang berbeda.
Ø  Gunakan ilmu yang kita miliki untuk hal-hal yang baik untuk orang lain.
Ø  Lakukan segala sesuatu dengan perencanaan dan pemikiran yang matang agar tidak terjadi kesalahan.
Ø  Jangan mudah percaya dengan bujuk rayu seseorang.
Ø  Jangan bersekutu dengan iblis.
Ø  Jangan mengambil hak milik orang lain.
Ø  Jangan berzinah,harus bisa mengendalikan hawa nafsu dunia.
Ø  Dalam hidup ini kita,harus mengandalkan kekuatan Tuhan.
Ø  Harus saling membantu.
Ø  Kaum laki-laki dan perempuan harus bisa saling menghargai.
Ø  Tidak selamanya seorang wanita itu lemah.








B.Unsur Ekstrinsik
1.Sosial Budaya
            Masyarakat tidak bisa dipisahkan dari yang namanya takhayul.walaupun sudah masuki zaman modern saat ini,masyarakat masih menggunakan bantuan kekuatan  gaib untuk melakukan hal-hal yang ada disekitar mereka.
                Kekuatan gaib digunakan untuk memudahkan sesuatu hal,baik positif maupun negative yang pada intinya bertentangan dengan nilai keagamaan ketika hal tersebut menggunakankekuatan iblis.
                Novel ini mengisahkan seorang wanita yang bernama Kumala dewi,yang mempunyai kesaktian yang luar biasa.Dia menggunakan kekuatannya untuk membantu orang-orang yang memerlukan pertolongannya.Walaupun ia seorang yang sakti,ia tidak pernah sombong ataupun sesumbar dengan apa yang ia miliki.
                Dibalik kesaktian yang ia miliki,akhirnya ia takhluk pada yang namanya cinta.kekuatan cinta memberi pengaruh penting dalam kehidupan ini.

2.Penulis/pengarang

                Pengarang novel ini adalah Tara Zagita,sungguh sangat disayangkan biografi pengarang novel ini tidak tersedia.Mungkin pengarang tidak mau identitasnya diketahui oleh khalayak ramai penikmat novel yang bernuansa mistis.

3.Cover

                Cover tidak tersedia dikarenakan Novel ini dalam keadaan rusak berat dan telah usang,namun pembaca dapat meramalkan bahwa sampul novel ini bernuansa mistik sesuai tema,alur cerita , latar dan  penokohan yang di tuangkan lewat jalan cerita.



4.Resensi dan Penilaian tentang kelebihan dan kekurangan buku
                                 Kelebihan novel ini
       Novel ini membuka tirai pada pembaca bahwa pada dasarnya manusia hidup berdampingan dengan makhluk yang ada      di dunia lain. Manusia harus bisa menghargai keberadaan mereka walau wujud mereka tidak nyata.
          Dalam novel ini, pengarang mampu mengangkat  hal-hal yang tidak masuk akal atau mitos dimasyarakat menjadi sebuah  fakta yang nyata adanya. Pengarang  mengungkpkan lewat tulisannya jika mayat yang telah meninggal beberapa hari bisa di bangkitkan kembali oleh yang namanya ilmu hitam.secara logika hal ini tidak masuk akal.  Pengarang  berani mengambil resiko untuk  mengungkapkan hal tersebut.
          Pengarang   juga mengungkapkan  lewat ceritanya bahwa kekuatan cinta dan persahabatan sejati itu lebih besar di bandingkn kekuatan fisik yang tampak.Kekuatan cinta bisa meluluhkan segalanya.
          Kelebihan lainnya dalam Novel ini,Para pembaca diminta untuk mampu mengilustrasikan dan membayangkan gambaran sosok jin,setan,mayat hidup dan kekuatan yang gaib yang penuh dengan pamornya seolah-olah benar hidup dan berada di sekitar kita pembaca novel.
          Novel ini menggunakan metode dramatic dalam penggambaran penokohan.Watak tokoh yang tidak diceritakan secara langsung oleh pengarangnya,tetapi disampaikan melalui,pilihan nama,penggambaran fisik dan melalui percakapan.
Dalam novel ini,pengarang menggunakan bahasa yang ada didalam pergaulan masyarakat sehari-hari, unsure kebahasaan berupa majas atau gaya bahasa yang memperindah setiap bab dalam novel ini sehingga suasana seolah-olah dalam kehidupan nyata.


                                        Kekurangan novel ini
                                   
       Kekurangan dalam novel ini tampak jelas sekali,pengarang  sesekali mengubah alur cerita,yang membuat pembaca akan sedikit bingung.Pembaca akan dibawa ke masa ratusan tahun lalu,kemudian dibawa lagi kezaman modern.
          Novel ini juga belum jelas  siapa yang menjadi biang kerok dibalik peristiwa pembunuhan Dakar dan peristiwa perampokan bank yang terjadi.Tokoh Kumala sari yang merupakan tokoh utama selalu menjadi sorotan.
          Novel ini menggunakan gaya bahasa yang berlebihan serta terlalu kearah Phanteisme,sehingga  bukan lagi Tuhan yang mempunyai kekuatan besar yang patut diandalkan tetapi iblis atau hantu.Manusia di paksa untuk percaya akan halhal gaib atau supranatural  melalui paranormal bukannya memanjatka doa kepada Tuhan.
          Novel ini sedikit vulgar,jadi untuk usia dalam kategori remaja harus hati-hati dalam menafsirkan setiap bahasa yang di ungkapkan dalam novel ini.Tokoh Tante orri yang dikisahkan pengarang seorang wanita yang cantik,perokok dan Paranormal yang tidak jelas latar belakangnya hanya diungkapkan pada bab 5,sedang dibagian lainnya tidak disebutkan lagi nama Tante Orri
          Yang menjadi kekurangan fatal dalam novel ini adalah  akhir kisah yang tidak terlalu menggigit pembaca,seolah-olah tidak ada klimaks puncaknya. Hal ini membuat pembaca akan merasa sedikit kecewa karena ending cerita yang tidak jelas.
          Diakhir cerita hanya mengisahkan petarungan antara Kumala dewi dengan roh jahat yang mengendalikan ketiga mayat,yang intinya kumala dewi harus menerima kekalahan,hingga ia harus meminta bantuan bernama Buron alias Jin Layon yang telah ia kurung dalam botol. Pada akhirnya kemenangan ada dipihak Jin Layon.