Judul
Buku : Bangkit Dari Kubur
Pengarang : Tara Zagita
Cetakan : Pertama 1997
Penerbit : Sinar Matahari Jakarta
Jenis
Buku : Novel Fiktif
A.Unsur Instrinsik
v Tema :
Mistik
v Alur cerita :
Campuran (Maju-Mundur)
v Latar /setting :
Ø Waktu :
· Pagi Hari
§ Setengah tujuh lewat ….(hal.84)
§ Sebelum
fajar menyinsing…(hal.102)
· Siang Hari
§ Mereka harus datang esok harinya walau…. (hal .19)
§ Siang itu matahari ….(hal.105)
§ Selamat siang…(hal.111)
· Sore hari
§ Sekarang masih pukul tiga sore ….(hal. 58)
§ Sekitar pukul dua …(hal.64,65)
§ Jangan
sore ini dong…(Hal. 80)
§ Sore itu Ricko…(hal.114)
· Petang
§ Petang itu ricko …..(hal.35)
· Malam Hari
§ Lewat di depan kuburan malam malam begini saja ……
(hal20)
§ Pukul tujuh lewat empat puluh enam menit malam
….(hal.66)
§ Agar lampu dinyalakan …(hal.70)
§ Keheningan malam…(hal.123)
§ Memandang malam..(hal.124)
§ Rembulan kembali terselubung…(hal.138)
· Tengah Malam
§ Lewat tengah malam suara ketukan pintu
terdengar samar-samar …….(hal.5)
Ø Tempat :
- Rumah Natasha (hal.5,56,)
- Kamar tidur Nathasia (hal.5)
- Rumah kumala dewi (hal.19,63,67)
- Di jalan
- Pasar loak (hal.27)
- Ruang tamu (hal.35)
- Di dapur (hal.37)
- Di parkiran grand steak( hal .42, 46)
- Kamar pedupaan
- Ruang Tamu Rumah Kumala Dewi(hal.37)
- Kantor polisi (hal.107,111)
- Dalam mobil
- Kantor Kumala Dewi
- Kota Jakarta (hal.44)
- Rumah Ricko (hal.45,47)
- Rumah Dakar (hal .55)
- Showroom(hal. 58,62)
- Pinggian kota Jakarta (hal.81)
- Rumah Tante Orri(hal.81)
- Dalam kamar (hal.88)
- Ruang tengah rumah kumala dewi(hal.127)
Ø Suasana :
J Mencekam
F Merinding dan berdebar-debar…. (hal .6)
F Perasaan takut dan mencekam …(hal.69)
F Membuat bulu kuduk berdiri …(hal.85)
J Menakutkan
F Ia
memekik kaget dan melompat ….(hal.36)
F Rasa kaget dan takut membuat….(hal.39)
F Ia bergitik merinding…(hal.92)
F Suasana menyeramkan…(hal.139)
J Romantic
F Memperhatikan dirinya sejak tadi…(hal.75)
F Beradu pandang…(hal.75)
F Mengagumi kecantikan…(hal.78)
F Bayang-bayang indah dari ….(hal.98)
v Penokohan :
F Kumala dewi :
Bijaksana,ramah.
F Natasia :Penakut.
F Darus :
Baik,romantic.
F Ricko :Romantis
dan perhatian.
F Empu canggah :
Angkuh,sombong,tak setia.
F Buron/jin Layon :
Usil dan penurut.
F Mak Bariah :
Penurut,jujur dan taat.
F Shandi :
Penurut,patuh,setia.
F Ujang :
Jujur.
F Pak man :Jujur
dan patuh.
F Suyatmi :jujur.
F Tante Orri :Romantic,sensual
F Pelayan Tante Orri :penurut
F Teman Tante Orri : penurut
F Polisi/Mayor Johan : Ramah
F Sersan Burhan :Ramah
v Sudut Pandang :
© Orang Pertama
© Orang Kedua
© Orang Ketiga/Serba tahu
© Campur-aduk(Multiple)
v Gaya Bahasa :
Dalam novel
ini,pengarang menggunakan bahasa yang ada didalam pergaulan sehari-hari,namun
dibalik itu semua terdapat unsure
kebahasaan berupa majas atau gaya bahasa yang memperindah
Ä
Nafaspun
terasa berat. (asosiasi)
Ä
Hidungnya
tertutup bantal. (Hiperbola)
Ä
Suara
detak jam dinding terasa menghentak ditelinga. (Hiperbola)
Ä
Lolongan
suara meliuk-liuk. (Personifikasi)
Ä
Suara
menggema di tengah malam. (Hiperbola)
Ä
Lehernya
terkoyak.(Hiperbola)
Ä
Jari –jari
tangan tampak berkuku runcing dengan warna kebiru-biruan. (Hiperbola)
Ä
Suara
berbisik itu bagaikan menembus ketebalan bantal. (Personifikasi)
Ä
Di balik
daun jendela.(metonimia)
Ä
Seraut
wajah pucat yang membuat jantung nathasia bagaikan terlonjak dari tempatnya. (Personifikasi)
Ä
Jantungku
copot. (Hiperbola)
Ä
Membasahi
kerongkongan yang kering. (Hiperbola)
Ä
Wajahnya
memancarkan ketegasan.(pleonasme)
Ä
Mayatnya
dicuri orang. (pleonasme)
Ä
Natasia
selalu menggugurkan kandungannya. (pleonasme)
Ä
Duri dalam
rumah tangga. . (Hiperbola)
Ä
Punya
alibi kuat. (pleonasme)
Ä
Tangisnya
selalu disembunyikan. (Hiperbola)
Ä
Tidak akan
buka mulut. (Hiperbola)
Ä
Anak dewa yang
dibuang kebumi. (Hiperbola)
Ä
Ia mampu
menyadap seluruh ilmu yang dimiliki seseorang. (Hiperbola)
Ä
Memindahkan
ilmu seseorang ke otaknya. (Hiperbola)
Ä
Mati
membusuk di liang kubur. (Hiperbola)
Ä
Mengejar
berita.(personifiksi)
Ä
Keramahan
yang memancarkan keanggunan charisma yang cukup tinggi. (Hiperbola)
Ä
Sepasang
mata menempel pada dinding. (Hiperbola)
Ä
Mata yang
masih hidup. (Hiperbola)
Ä
Tembok itu
bermata. (Hiperbola)
Ä
Bagaikan
memotong tembok tebal. (Hiperbola)
Ä
Bicara
empat mata. (Hiperbola)
Ä
Menempel
pada dinding. (Hiperbola)
Ä
Sepasang
mata naik kelangit- langit. (Hiperbola)
Ä
Memancing
kecurigaan. (Hiperbola)
Ä
Jatuh
seperti dua butir telur ayam yang berwarna hitam putih. (Personifikasi)
Ä
Jerit roda
memeluk tinggi-tinggi. (personifiksi)
Ä
Kurantai
lehermu dan ku benamkan kedasar laut. . (Hiperbola)
Ä
Di
penjarakan di sebuah guci. (Hiperbola)
Ä
Rohnya
melayang-layang ke masa beberapa ratus tahun yang lalu. (Hiperbola)
Ä
Mata
menatap tajam kepada sang empu. (Hiperbola)
Ä
Kau manusia
yang lebih hina dari seekor katak.(sinisme)
Ä
Tubuh
katak meletup menyemburkan asap. (Hiperbola)
Ä
Jarinya
bagaikan kaki-kaki kecil yang berlarian di lantai karpet.(personifikasi)
Ä
Gadis
cantik berbibir ranum sensual itu,menatap sandi tajam-tajam. (hiperbola)
Ä
Banyak
orang yang melihat baku tembak antara pihak perampok dengan pihak keamanan.(sinekdoke)
Ä
Pancaran
matanya cukup tajam.(hiperbola)
Ä
Bak mata
seekor burung elang.(alegori)
Ä
Punggung
perempuan itu seperti dinding beton yang sukar dirobohkan.(perumpamaan)
Ä
Bibirnya
akan menjadi lebih hitam lagi. (hiperbola)
Ä
Kain satin
berwarna merah menyala.(personifikasi)
Ä
Panjang
jubah hampir mencapai mata kaki. (hiperbola)
Ä
Bulu kuduk
meremang bersama desiran rasa seram dalam hati. (hiperbola)
Ä
Terasa
menyesakkan dada dan mengeringkan tenggorokan. (pleoname)
Ä
Menyeringai
seperti kuda.(perumpamaan)
Ä
Timbul
debar-debar keindahan.(pleonasme)
Ä
Benaknya
dihinggapi bayangan – bayangan indah dari sebuah percumbuan.(pleonasme)
Ä
Hatinya
memendam kemarahan.(pleonasme)
Ä
Cengar-cengir
tertawa kecil.(aliterasi)
Ä
Hati mulai
berbunga.(hiperbola)
Ä
Menggunakan
land cruiser hitam.(metonimia)
Ä
Perampok
itu menewaskan tiga nasabah.(sarkasme)
Ä
Duduk
didepan pesawat TV.(metonimia)
Ä
Menghembuskan
nafas panjang-panjang.(aliterasi)
Ä
Ia
tenggelam dalam keheningan malam. (Hiperbola)
Ä
Diam tanpa
suara,biru tanpa kata.(asonansi)
Ä
Cahaya
rembulan bersinar pucat menerpa dedaunan. (Hiperbola)
Ä
Suara
angin menderu dan lolongan anjing bersahutan. (Hiperbola)
Ä
Gelegar
petir menyambar-nyambar,bagaikan ingin menghancurkan rumah. (Personifikasi)
Ä
Kain
gorden terhempas angin. (Hiperbola)
Ä
Mereka
terguncang-guncang oleh getaran lantai yang seolah ingin retak. (Personifikasi)
Ä
Gelombang
padat yang menerjang berkali-kali. (Personifikasi)
Ä
Kedua
tangan memancarkan cahaya putih keperak-perakan. (Hiperbola)
Ä
Pintu
almari menjadi jebol. (Hiperbola)
Ä
Pembatas
ruangan jebol. (Hiperbola)
Ä
Kedua
matanya memancarkan sepasang sinar hijau lurus seperti laser. (Hiperbola)
Ä
Letupan
yang memercikkkan bunga api. (Hiperbola)
Ä
Tubuhnya
membentur dinding dengan keras. (Personifikasi)
Ä
Suara yang
mirip derap kaki kuda.(metafora)
Ä
Getaran
yang mirip gempa itupun hilang berganti kesunyian. (metafora)
Ä
Sebagian darah
dari pelipisnya membasahi rambut. (Hiperbola)
Ä
Keadaan
rumah menjadi seperti kapal pecah.(ironi)
Ä
Suara
gemuruhnya terdengar menegangkan urat
saraf.(pleonasme)
Ä
Matanya
mulai tampak ganas. (Hiperbola)
Ä
Tubuh
tinggi besar,berkepala gundul,kedua matanya sebesar bola tenis berwarna
merah,kulitnya hitam berlendir.(pleonasme)
Ä
Bau
kambing dan amis darahpun menyebar dari tubuhnya. (Hiperbola)
Ä
Langkah
kakinya menggetarkan seluruh isi rumah. (Hiperbola)
Ä
Suara
gemuruh seperti derap kaki kuda. (Personifikasi)
Ä
Suara
petir mulai terdengar bagai akan menghujani rumah kumala dewi. (Hiperbola)
Ä
Kilatan cahaya biru petir melesat kesana – sini.(Personifikasi)
Ä
bagaikan
ingin mencabik-cabik bumi. (Personifikasi)
Ä
Rembulan
kembali berselubung mega hitam.(metafora)
Ä
Angin
berhembus dengan kencang. (Hiperbola)
Ä
Menyerupai
badai penjemput ajal. (Personifikasi)
Ä
Suaranya
menggetarkan pepohonan di sekita tempat itu. (Hiperbola)
Ä
Gumpalan
keempat kabut menerjang Jin layon. (Hiperbola)
Ä
Badai
besar berhembus dalam sekejap. (Hiperbola)
Ä
Seperti
tulang-tulang raksasa yang patah dan berhamburan. (Personifikasi)
Ä
Meluncur
mengubah bentuk seperti tombak raksasa.(metafora)
Ä
Keluar lidah
api yang menyembur dengan ganas.
(Hiperbola)
Ä
Ledakan
yang timbul menghadirkan angin besar. . (Hiperbola)
Ä
Sinar
hijau berekor mirip meteor.(metafora)
Ä
Melesat
dengan cepat dan menerjang gumpalan kabut. (Personifikasi)
Ä
Naga dari
kabut hitam itu pecah menyebar.(metaforra)
Ä
Jatuh
terkapar dijalanan beraspal.(pleonasme)
Ä
Gumpalan
kabut yang lenyap menembus langit. (Hiperbola)
Ä
Menggema
kemana-mana. (Hiperbola)
Ä
Dadaku
sesak seperti mau jebol. (Hiperbola)
Ä
Ketiga
mayat yang kini dalam keadaan membusuk. (Hiperbola)
v Pesan moral
Dalam novel ini,pengarang
menyampaikan pesan moral antara lain :
Ø Harus membela kebenaran.
Ø Tidak boleh menjadi orang yang penakut.
Ø Tidak boleh mempunyai sifat yang sombong.
Ø Harus bisa menghargai orang lain.
Ø Bisa menghargai makhluk ciptaan Tuhan
lainnya,walau mereka hidup pada dunia yang berbeda.
Ø Gunakan ilmu yang kita miliki untuk hal-hal
yang baik untuk orang lain.
Ø Lakukan segala sesuatu dengan perencanaan dan
pemikiran yang matang agar tidak terjadi kesalahan.
Ø Jangan mudah percaya dengan bujuk rayu
seseorang.
Ø Jangan bersekutu dengan iblis.
Ø Jangan mengambil hak milik orang lain.
Ø Jangan berzinah,harus bisa mengendalikan hawa
nafsu dunia.
Ø Dalam hidup ini kita,harus mengandalkan
kekuatan Tuhan.
Ø Harus saling membantu.
Ø Kaum laki-laki dan perempuan harus bisa saling
menghargai.
Ø Tidak selamanya seorang wanita itu lemah.
B.Unsur Ekstrinsik
1.Sosial Budaya
Masyarakat tidak bisa dipisahkan dari yang namanya takhayul.walaupun
sudah masuki zaman modern saat ini,masyarakat masih menggunakan bantuan
kekuatan gaib untuk melakukan hal-hal
yang ada disekitar mereka.
Kekuatan gaib
digunakan untuk memudahkan sesuatu hal,baik positif maupun negative yang pada
intinya bertentangan dengan nilai keagamaan ketika hal tersebut
menggunakankekuatan iblis.
Novel ini
mengisahkan seorang wanita yang bernama Kumala dewi,yang mempunyai kesaktian
yang luar biasa.Dia menggunakan kekuatannya untuk membantu orang-orang yang
memerlukan pertolongannya.Walaupun ia seorang yang sakti,ia tidak pernah
sombong ataupun sesumbar dengan apa yang ia miliki.
Dibalik kesaktian
yang ia miliki,akhirnya ia takhluk pada yang namanya cinta.kekuatan cinta
memberi pengaruh penting dalam kehidupan ini.
2.Penulis/pengarang
Pengarang
novel ini adalah Tara Zagita,sungguh sangat disayangkan biografi pengarang
novel ini tidak tersedia.Mungkin pengarang tidak mau identitasnya diketahui
oleh khalayak ramai penikmat novel yang bernuansa mistis.
3.Cover
Cover
tidak tersedia dikarenakan Novel ini dalam keadaan rusak berat dan telah
usang,namun pembaca dapat meramalkan bahwa sampul novel ini bernuansa mistik
sesuai tema,alur cerita , latar dan
penokohan yang di tuangkan lewat jalan cerita.
4.Resensi dan Penilaian tentang kelebihan dan kekurangan buku
Kelebihan novel
ini
Novel ini membuka tirai pada pembaca bahwa pada
dasarnya manusia hidup berdampingan dengan makhluk yang ada di dunia lain. Manusia harus bisa
menghargai keberadaan mereka walau wujud mereka tidak nyata.
Dalam novel ini, pengarang mampu
mengangkat hal-hal yang tidak masuk akal
atau mitos dimasyarakat menjadi sebuah
fakta yang nyata adanya. Pengarang
mengungkpkan lewat tulisannya jika mayat yang telah meninggal beberapa hari
bisa di bangkitkan kembali oleh yang namanya ilmu hitam.secara logika hal ini
tidak masuk akal. Pengarang berani mengambil resiko untuk mengungkapkan hal tersebut.
Pengarang juga mengungkapkan lewat ceritanya bahwa kekuatan cinta dan
persahabatan sejati itu lebih besar di bandingkn kekuatan fisik yang
tampak.Kekuatan cinta bisa meluluhkan segalanya.
Kelebihan lainnya dalam Novel ini,Para
pembaca diminta untuk mampu mengilustrasikan dan membayangkan gambaran sosok
jin,setan,mayat hidup dan kekuatan yang gaib yang penuh dengan pamornya
seolah-olah benar hidup dan berada di sekitar kita pembaca novel.
Novel ini menggunakan metode dramatic
dalam penggambaran penokohan.Watak tokoh yang tidak diceritakan secara langsung
oleh pengarangnya,tetapi disampaikan melalui,pilihan nama,penggambaran fisik
dan melalui percakapan.
Dalam novel
ini,pengarang menggunakan bahasa yang ada didalam pergaulan masyarakat sehari-hari,
unsure kebahasaan berupa majas atau gaya bahasa yang memperindah setiap bab
dalam novel ini sehingga suasana seolah-olah dalam kehidupan nyata.
Kekurangan
novel ini
Kekurangan
dalam novel ini tampak jelas sekali,pengarang
sesekali mengubah alur cerita,yang membuat pembaca akan sedikit bingung.Pembaca
akan dibawa ke masa ratusan tahun lalu,kemudian dibawa lagi kezaman modern.
Novel
ini juga belum jelas siapa yang menjadi
biang kerok dibalik peristiwa pembunuhan Dakar dan peristiwa perampokan bank yang
terjadi.Tokoh Kumala sari yang merupakan tokoh utama selalu menjadi sorotan.
Novel
ini menggunakan gaya bahasa yang berlebihan serta terlalu kearah
Phanteisme,sehingga bukan lagi Tuhan
yang mempunyai kekuatan besar yang patut diandalkan tetapi iblis atau
hantu.Manusia di paksa untuk percaya akan halhal gaib atau supranatural melalui paranormal bukannya memanjatka doa
kepada Tuhan.
Novel
ini sedikit vulgar,jadi untuk usia dalam kategori remaja harus hati-hati dalam
menafsirkan setiap bahasa yang di ungkapkan dalam novel ini.Tokoh Tante orri
yang dikisahkan pengarang seorang wanita yang cantik,perokok dan Paranormal
yang tidak jelas latar belakangnya hanya diungkapkan pada bab 5,sedang dibagian
lainnya tidak disebutkan lagi nama Tante Orri
Yang
menjadi kekurangan fatal dalam novel ini adalah
akhir kisah yang tidak terlalu menggigit pembaca,seolah-olah tidak ada
klimaks puncaknya. Hal ini membuat pembaca akan merasa sedikit kecewa karena
ending cerita yang tidak jelas.
Diakhir
cerita hanya mengisahkan petarungan antara Kumala dewi dengan roh jahat yang
mengendalikan ketiga mayat,yang intinya kumala dewi harus menerima
kekalahan,hingga ia harus meminta bantuan bernama Buron alias Jin Layon yang
telah ia kurung dalam botol. Pada akhirnya kemenangan ada dipihak Jin Layon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar