Jumat, 07 Oktober 2016

ibu





Tangisan memekik keras saat tangan pak pendeta memberi aba-aba untuk membuka peti jenazah indah berwarna coklat tua berukirmalaikat dan bunga teratai indahdengan dua pintuyang dapat dibuka seharga Rp3 juta rupiah. Di dalamnya terdapatsesosok jenazah wanita tua yang cantik dengan make up dan pakaian yang indah seakan belum meninggal,  “ marilah kita melihat wajah nyonya Kinah untuk yang terakhir kali, sosok wanita yang berhati mulia,tegas,bijaksana dan tegar” sambil mengacungkan tangan nya kearah para pelayat dan memberi aba-aba  untuk  mengalihkan pandangan kearah  peti jenazah yang telah terbuka. Di dalam peti  tampak wajah wanita dengan pakaian indah berusia 70 an.
Wajah ibu tampak bahagia, kemerahan, dengan riasan alis yang hitam ,rambut hitam tersisir rapi seakan belum meninggal. Semua yang menyaksikan seolah-olah melihat wanita yang sedang tertidur pulas menikmati tidur panjangnya dalam sebuah peti jenazah yang indah.
Tetesan air mata membanjiri  wajah semua orang yang menghadiri pemakaman Ny.Kinah. mereka tidak tahan membendung lautan air mata yang siap mendobrak pelupuk mata mengiringi kepergian ibu. Kesedihan meliputi suasana sore itu di sebuah pemakaman umum yang telah dipenuhi warga. Terdengar teriakan “  ibu, jangan tinggalkan kami ....... ” memanggil nama wanita yang tidak akan pernah kembali untuk membagikan kebahagiaannya lagi di tengah-tengah orang tersebut.
Saat peti ditutup,suara tangisan semakin keras memecah suasana pemakaman.  Tampak wajah-wajah lelaki dan perempuan yang dipenuhi air mata dengan wajah kusut penuh kesedihan yang tidak mengenal tingkatan umur dan status sosial. Kesedihan semakin  menggunung, seakan  telah terjadi bencana besar yang menimpa desa itu.
Di tengah kesedihan itu, tampak seonggok gunung kecil berukuran 2 kali 1 yang di atas salah satu ujung sisinya berdiri sebuah tiang salib berwarna hitam yang bertuliskan inisial nama wanita. Onggokan tanah yang di atasnya bertaburan  bunga berwarna – warni dengan potongan daun pandan disertai wewangian dan karangan bunga dari para pelayat.
Di sekitar pemakaman ibu tercium semerbak  wewangian yang menusuk hidung seakan mengiringi kepergian ibu dan  mengakhiri penderitaan selama hidupnya. Di situ tak ada lagi suara tangisan dan doa yang dipanjatkan, sepi dan lenggang tak seorangpun yang tertinggal di situ selain lilin-lin putih yang terus menyala menanti datangnya angin yang akan segera meniup dan akhirnya padam. Awan  hitam semakin menumpuk membuat langit semakin gelap, namun anehnya hujan tidak turun. Apakah gerangan yang terjadi?
“ Tak ada sesuatu apapun yang sempurna dan akan tetap abadi di dunia ini, karna semuanya akan kembali kepangkuan-Nya, kita hanya bisa menunggu kapan kita dipanggil dan menunggu giliran kita. ” itulah ucapan ibu   kepada aku dan kakak ketika makan bersama di ruang dapur tua yang dipenuhi suasana kebahagiaan. Senyuman yang selalu dipancarkan ibu seolah menebarkan aroma-aroma  kebahagiaan  kepada semua yang melihatnya.
“ Ibu ingin kalian menjadi orang - orang yang berguna bagi keluarga, agama, bangsa dan negara.” Ucap ibu.
“ Ibu masih ingat perjuangan ayah dulu saat harus berjuang  dan menumpas para pemberontak terhadap negara kesatuan RI bersama anggota Militer tentara Siliwangi  yang memperjuangkan nasib bangsa masa awal perang kemerdekaan. Ayah tidak pernah  gentar, bahkan takut, apalagi mengeluh akan kematian yang sewaktu – waktu menimpa. Berjuanglah untuk negeri ini selagi kalian bisa, tumpas semua kejahatan, keserakahan dan kezaliman yang ada. Walau kalian harus menderita kehilangan kebahagiaan , kehilangan harta namun kalian tetap memiliki  harga diri dan maruah yang tinggi untuk negeri ini.”  Dengan terbata – bata ibu memberikan wejangan dan pengajaran yang bagiku amatlah berharga di saat makan malam bersama. Tampak sesekali ibu mengambil sesesuap nasi dari dalam piring seng lalu mengarahkan kedalam mulutnya untuk dikunyah, dan mengambil segelas air putih dari ketel alumunium berwarna putih.
Ibu memang gemar bercerita, apalagi di saat suasana makan bersama. Kebahagiaan yang dapat aku rasakan tidak akan pernah terjadi lagi dalam hidupku. Kebahagiaan seorang ibu yang memiliki kharisma dan pesona laksana bidadari yang selalu memberikan kesegara pada yang meminta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar