Jumat, 18 November 2016

CURUK PARIK HANTU ( Cerita Rakyat Pakunam, Singkawang, Kalimantan Barat)




CURUK PARIK HANTU
( Cerita Rakyat Pakunam, Singkawang, Kalimantan Barat)
Alkisah pada zaman dahulu di daerah pakunam, hiduplah sepasang suami istri.  Mereka hidup tanpa dianugerahi anak. Mereka hidup sebagai peladang yang setiap harinya menanam pisang,  jagung, ubi dan kacang-kacangan. Keduanya merupakan peladang yang rajin dan ulet.
Pada suatu hari sang suami sedang berada di ladang, di sana ia terus bekerja tanpa lelah. Pada hari itu sang istri tidak ikut ke ladang untuk membantu sang suami. Sang istri ada di rumah sedang menganyam Bide  sejenis tikar dari rotan. Sang suami memang lelaki yang rajin, dari pagi hingga tengah hari ia tetap bekerja tanpa istirahat. Disana sang suami membersihkan ladang dari tanaman Paku sejenis Pakis-pakisan yang terus tumbuh di sela-sela tanaman palawija yang mereka tanam.
Suatu keanehan terjadi, ketika sang suami mencabut tanaman paku, maka seketika itu juga tumbuh tanaman paku baru yang membuat sang suami merasa suatu keanehan yang terjadi. Ia pun mencoba lagi untuk mencabut rumpun tanaman paku yang tumbuh di sekitar tanamannya. Namun kejadian aneh itu memang nyata adanya. Setiap ia mencabut rumpun tanaman paku, maka rumpun tanaman paku baru pun muncul. Hal itu membuat ia merasa ketakutan, lalu ia berlari keluar untuk menjauhi ladangnya. Namun tanaman paku itu terus mengejarnya, hingga tanaman itu mengelilinginya. Ia pun terkurung oleh tanaman paku, lalu ia mencari akal agar dapat keluar dari lautan tanaman paku tersebut. Ia pun menyusuri sebuah curuk yang ada di dekat ladangnya itu. Namun hal aneh tetap terjadi, tanaman paku itu tetap mengikutinya dan tumbuh di sekitar ia berada. Ia sangat ketakutan sekali, dan yang lebih aneh lagi, tanaman itu tumbuh dari celah – celah batu yang keras. Hal itu membuat nya semakin cemas, iapun berteriak minta tolong. Akan tetapi teriakannya tidak terdengar oleh seorangpun warga yang ada di sekitar tempat itu. Sungguh hal aneh terjadi pada hari itu, lelaki yang malang.
Tanaman paku terus mengikuti dan membuatnya semakin ketakutan, lalu ia bersembunyi di dalam sebuah gua kecil di dekat curuk itu. Ia duduk di atas batu yang rata di sisinya mengalir air yang jernih dan dingin. Tiba-tiba tanpa disadarinya, ia telah berada di negeri asing yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya. Ternyata roh nya telah dibawa ke alam lain oleh penunggu curuk itu. Di alam gaib itu ia bertemu seorang wanita cantik bernama Dewi Kala Pandahagi. Sang dewi meminta dia untuk tinggal bersamanya di alam gaib itu, kerana  alasan bahwa sang lelaki itu telah mengganggu tempat persemayamannya. Namun lelaki itu tetap menolak, ia meminta agar dikembalikan ke dunia fana. Namun sang dewi kala pandahagi tetap bersikeras.
Di rumah sang istri merasa gelisah menunggu kedatangan sang suami. Akan tetapi penantian sang istri hanyalah suatu yang sia-sia. Tengah malam tat kala bulan purnama ia menyusul suami ke ladangnya dengan Mandau di pinggang dan obor di tangannya, namun amat disayangkan rasa kecewa yang hanya ia dapatkan. Ia tidak menjumpai sang suami tercinta. Di ladang ia hanya menjumpai hamparan tanaman paku yang telah menutupi tanaman palawija  mereka. Ia memanggil- manggil sang suami, akan tetapi tidak ada balasan. Lalu ia melihat cahaya aneh di arah bukit, lalu ia pun bergegas menyusul cahaya itu. Ternyata cahaya itu menuju curuk tempat sang suami terbaring kaku.
Di curuk itu ia mendapati gua kecil, lalu ia masuk dan ia terkejut bukan kepalang di situ ia mendapati suaminya sedang terbujur kaku tidak bernyawa. Lalu ia berteriak kepada Sang Jubata teriakannya terdengar hingga ke kayangan. Sang Jubata turun menjumpainya, dan bertanya  kepada wanita itu. Sang jubata telah mengetahui apa yang terjadi pada suami wanita itu. Lalu Sang Jubata membawa kembali nyawa suami wanita itu dari alam gaib, tempat dimana rohnya dibawa oleh Dewi  Kala Pandahagi.
Wanita itu amat gembira dan berterima kasih kepada Sang Jubata, Lalu ia menaruh obornya ke tanah dan menyalakan api di situ ia menari-nari kegirangan sambil menggores kulitnya dengan Mandau tajam yang ia bawa dari rumah. Ia terus menari sambil melompat-lompat tak berhenti  hingga tanpa ia sadari sang suami telah siuman. Karna rasa bahagianya yang berlebihan akan pertolongan sang jubata atas suaminya, ia pun mendirikan tugu batu dan kayu di situ untuk menghormati Sang Jubata sang penolong.
Di lain pihak, karna merasa dikecewakan, dewi kala pandahagi murka bukan kepalang. Ia dikuasai amarah, lalu ia mengirimkan angin ribut dan hujan yang amat deras. Maka tatkala wanita dan suaminya itu sedang berada di tempat mereka mendirikan tugu batu, dinding gua itu runtuh, tebing tempat mereka bersandar retak dan hancur menimpa kedua anak manusia itu. Reruntuhan tebing berhamburan  jauh hingga menutupi ladang pasangan suami istri tersebut, sungguh kejadian yang tragis. Gunung terbelah, batu-batu besar bergulingan ke bawah,tanah bergoncang air bah dari atas gunung turun ke pemukiman penduduk dan  membanjiri rumah warga. Banyak sekali warga yang menjadi korban atas kejadian itu. Sejak kejadian itu, wargapun membangun tugu dan memberikan sesaji kepada Dewi Kala Pandahagi dan Sang Jubata. Tujuannya  agar mereka tidak murka dan tidak memberikan musibah yang sama kepada anak cucu mereka di kelak kemudian hari. Dan tempat dimana kedua suami istri itu di timpa reruntuhan dinamai dengan curuk parik hantu. Setiap malam tertentu terdengar suara wanita tertawa sambil menangis. Tempat itu sungguh menakutkan.

1 komentar: