CURUK PARIK
HANTU
( Cerita Rakyat
Pakunam, Singkawang, Kalimantan Barat)
Alkisah
pada zaman dahulu di daerah pakunam, hiduplah sepasang suami istri. Mereka hidup tanpa dianugerahi anak. Mereka
hidup sebagai peladang yang setiap harinya menanam pisang, jagung, ubi dan kacang-kacangan. Keduanya
merupakan peladang yang rajin dan ulet.
Pada
suatu hari sang suami sedang berada di ladang, di sana ia terus bekerja tanpa
lelah. Pada hari itu sang istri tidak ikut ke ladang untuk membantu sang suami.
Sang istri ada di rumah sedang menganyam
Bide sejenis tikar dari rotan. Sang
suami memang lelaki yang rajin, dari pagi hingga tengah hari ia tetap bekerja
tanpa istirahat. Disana sang suami membersihkan ladang dari tanaman Paku
sejenis Pakis-pakisan yang terus tumbuh di sela-sela tanaman palawija yang
mereka tanam.
Suatu
keanehan terjadi, ketika sang suami mencabut tanaman paku, maka seketika itu
juga tumbuh tanaman paku baru yang membuat sang suami merasa suatu keanehan
yang terjadi. Ia pun mencoba lagi untuk mencabut rumpun tanaman paku yang
tumbuh di sekitar tanamannya. Namun kejadian aneh itu memang nyata adanya.
Setiap ia mencabut rumpun tanaman paku, maka rumpun tanaman paku baru pun
muncul. Hal itu membuat ia merasa ketakutan, lalu ia berlari keluar untuk
menjauhi ladangnya. Namun tanaman paku itu terus mengejarnya, hingga tanaman
itu mengelilinginya. Ia pun terkurung oleh tanaman paku, lalu ia mencari akal
agar dapat keluar dari lautan tanaman paku tersebut. Ia pun menyusuri sebuah
curuk yang ada di dekat ladangnya itu. Namun hal aneh tetap terjadi, tanaman
paku itu tetap mengikutinya dan tumbuh di sekitar ia berada. Ia sangat
ketakutan sekali, dan yang lebih aneh lagi, tanaman itu tumbuh dari celah –
celah batu yang keras. Hal itu membuat nya semakin cemas, iapun berteriak minta
tolong. Akan tetapi teriakannya tidak terdengar oleh seorangpun warga yang ada
di sekitar tempat itu. Sungguh hal aneh terjadi pada hari itu, lelaki yang
malang.
Tanaman
paku terus mengikuti dan membuatnya semakin ketakutan, lalu ia bersembunyi di
dalam sebuah gua kecil di dekat curuk itu. Ia duduk di atas batu yang rata di
sisinya mengalir air yang jernih dan dingin. Tiba-tiba tanpa disadarinya, ia
telah berada di negeri asing yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya. Ternyata
roh nya telah dibawa ke alam lain oleh penunggu curuk itu. Di alam gaib itu ia
bertemu seorang wanita cantik bernama Dewi Kala Pandahagi. Sang dewi meminta
dia untuk tinggal bersamanya di alam gaib itu, kerana alasan bahwa sang lelaki itu telah mengganggu
tempat persemayamannya. Namun lelaki itu tetap menolak, ia meminta agar
dikembalikan ke dunia fana. Namun sang dewi kala pandahagi tetap bersikeras.
Di
rumah sang istri merasa gelisah menunggu kedatangan sang suami. Akan tetapi
penantian sang istri hanyalah suatu yang sia-sia. Tengah malam tat kala bulan
purnama ia menyusul suami ke ladangnya dengan Mandau di pinggang dan obor di
tangannya, namun amat disayangkan rasa kecewa yang hanya ia dapatkan. Ia tidak
menjumpai sang suami tercinta. Di ladang ia hanya menjumpai hamparan tanaman
paku yang telah menutupi tanaman palawija mereka. Ia memanggil- manggil sang suami, akan
tetapi tidak ada balasan. Lalu ia melihat cahaya aneh di arah bukit, lalu ia
pun bergegas menyusul cahaya itu. Ternyata cahaya itu menuju curuk tempat sang
suami terbaring kaku.
Di
curuk itu ia mendapati gua kecil, lalu ia masuk dan ia terkejut bukan kepalang
di situ ia mendapati suaminya sedang terbujur kaku tidak bernyawa. Lalu ia
berteriak kepada Sang Jubata
teriakannya terdengar hingga ke kayangan. Sang
Jubata turun menjumpainya, dan bertanya
kepada wanita itu. Sang jubata
telah mengetahui apa yang terjadi pada suami wanita itu. Lalu Sang Jubata membawa kembali nyawa suami
wanita itu dari alam gaib, tempat dimana rohnya dibawa oleh Dewi Kala Pandahagi.
Wanita
itu amat gembira dan berterima kasih kepada Sang
Jubata, Lalu ia menaruh obornya ke tanah dan menyalakan api di situ ia
menari-nari kegirangan sambil menggores kulitnya dengan Mandau tajam yang ia
bawa dari rumah. Ia terus menari sambil melompat-lompat tak berhenti hingga tanpa ia sadari sang suami telah
siuman. Karna rasa bahagianya yang berlebihan akan pertolongan sang jubata atas
suaminya, ia pun mendirikan tugu batu dan kayu di situ untuk menghormati Sang Jubata sang penolong.
Di
lain pihak, karna merasa dikecewakan, dewi kala pandahagi murka bukan kepalang.
Ia dikuasai amarah, lalu ia mengirimkan angin ribut dan hujan yang amat deras.
Maka tatkala wanita dan suaminya itu sedang berada di tempat mereka mendirikan
tugu batu, dinding gua itu runtuh, tebing tempat mereka bersandar retak dan
hancur menimpa kedua anak manusia itu. Reruntuhan tebing berhamburan jauh hingga menutupi ladang pasangan suami
istri tersebut, sungguh kejadian yang tragis. Gunung terbelah, batu-batu besar
bergulingan ke bawah,tanah bergoncang air bah dari atas gunung turun ke pemukiman
penduduk dan membanjiri rumah warga.
Banyak sekali warga yang menjadi korban atas kejadian itu. Sejak kejadian itu,
wargapun membangun tugu dan memberikan sesaji kepada Dewi Kala Pandahagi dan
Sang Jubata. Tujuannya agar mereka tidak
murka dan tidak memberikan musibah yang sama kepada anak cucu mereka di kelak
kemudian hari. Dan tempat dimana kedua suami istri itu di timpa reruntuhan
dinamai dengan curuk parik hantu. Setiap malam tertentu terdengar suara wanita
tertawa sambil menangis. Tempat itu sungguh menakutkan.
apa curuknya ada bang?
BalasHapus