Jumat, 01 April 2016

Unsur Internal Wacana



BAB 1   PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Wacana merupakan kesatuan makna (semantik) antar bagian di dalam suatu bangun bahasa. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. Di samping itu, wacana juga terikat pada konteks. Sebagai kesatuan yang abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, dan tuturan yang mengacu pada makna yang sama, yaitu wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar. Pemahaman terhadap wacana akan memudahkan kita memahami bahasa secara lebih luas tidak saja dari struktur formal bahasa tetapi juga dari aspek di luar bahasa (konteks).
Wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur eksternal berkaitan dengan hal-hal di luar wacana itu sendiri. Unsur eksternal wacana merupakan sesuatu yang menjadi bagian wacana, tetapi tidak nampak secara eksplisit. Kehadiran unsur eksternal berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-unsur eksternal ini terdiri atas implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks.

1.2      Rumusan Masalah
Berdasaran latar belakang diatas,maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Apa yang dimaksud dengan Unsur Internal Wacana?
2.      Apa saja Unsur-unsur internal yang ada di dalam sebuah wacana?
3.      Bagaimana contoh penggunaan unsur – unsur internal tersebut dalam sebuah wacana?

1.3      Pendekatan
Dalam menulis makalah ini kami menggunakan pendekatan Studi Pustaka , Cara ini kami gunakan untuk mendapatkan pendapat para Ahli tentang Unsur - unsur  internal wacana, kata dan kalimat serta teks dan konteks dalam Bahasa Indonesia.

1.4      Ruang lingkup
          Adapun ruang lingkup dari Makalah ini  membahas tentang unsur - unsur  internal wacana, kata dan kalimat serta teks dan konteks dalam Bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan agar tidak keluar dari pokok pembahasan, sehingga perlu diberikan batasan yang sesuai.

1.5      Definisi
1.6      Sistematika  makalah
Makalah ini disajikan dalam bentuk sebagai berikut :
I.  Pendahuluan
1.1.    Latar Belakang
1.2.     rumusan masalah
1.3.     Pendekatan
1.4.    Ruang lingkup
1.5     Definisi
1.6. Sistematika
1.7. Tujuan
1.8  Manfaat
II.  Pembahasan   
III. Penutup
1.7      Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penyusunan  makalah ini adalah:
a. Untuk mengidentifikasi unsur - unsur internal wacana.
b. Memberikan contoh unsur - unsur internal wacana kedalamsebuah wacana.
1.8      Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini berupa manfaat teoritis dan praktis, yaitu:
1.8.1 Manfaat Teoritis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, pengalaman yang bermanfaat dan menjadi rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Unsur - Unsur Internal Wacana, Kata dan Kalimat serta Teks dan Konteks dalam Bahasa Indonesia.
1.8.2  Manfaat Praktis
Manfaat Praktis dari penulisan makalah ini bagi :
A.    Penulis
Menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang unsur - unsur internal wacana, kata dan kalimat serta teks dan konteks dalam Bahasa Indonesia.
                        B. Mahasiswa
Memberikan motivasi kepada mahasiswa agar lebih dalam lagi mengenal dan memahami  tentang unsur - unsur internal wacana, kata dan kalimat serta teks dan konteks dalam Bahasa Indonesia.
Selain itu makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mempelajari Bahasa Indonesia.
           











BAB 2
Kajian Teori
2.1 Unsur-unsur Internal Wacana
Unsur internal merupakan bagian terpenting dan paling pokok ketika sebuah wacana.Dikatakan sebagai unsur paling pokok karena unsur internal merupakan bagian penyusun yang diibaratkan sebagai mesin penggerak dalam sebuah pesawat terbang.tanpa unsur   internal, sebuah wacana tidak akan memiliki makna dan arti.
Adapun unsur - unsur  internal  wacana terdiri atas satuan kata dan kalimat. Yang dimaksud  satuan kata ialah tuturan yang berwujud satu kata. Untuk menjadi susunan wacana yang lebih besar, satuan kata atau kalimat tersebut akan bertalian dan bergabung (Mulyana, 2005 : 9).
2.1.1  Kata dan Kalimat
Dalam suatu susunan kalimat yang lebih besar, Kata merupakan bagian dari kalimat karena sebuah kalimat bisa terdiri atas beberapa kata yang membentuk satu pengertian yang utuh dan selesai jika dilisankan, sebuah kalimat diakhiri dengan intonasi final. Kalimat sering diandaikan seperti sebuah bangunan yang terdiri atas beberapa ruang. Padahal, bisa saja sebuah kalimat hanya terdiri atas satu kata. Namun, kalimat satu kata itu harus merupakan pengungkapan atau tuturan pendek yang memiliki esensi sebagai kalimat dapat diiistilahkan seperti satu ruangan harus dianggap sebagai sebuah rumah. Kalimat pendek seperti itu sering terdapat pada dialog atau percakapan, karena pada tempat dan situasi tertentu orang cenderung bertanya jawab dengan kalimat pendek, bahkan mungkin tidak berbentuk kalimat.

Contoh:
Ketika pulang dari kampus  Inul bertemu dengan  Ipul.
Inul: Kemana? Kuliah, ya?
Ipul : Enggak, mau ke rumah teman, ngerjakan tugas
      kelompok.
Kata atau kalimat yang berkedudukan sebagai wacana harus memiliki makna yang lengkap, informasi dan konteksnya jelas untuk mendukung sebuah tuturan yang utuh. Pada dasarnya, sebuah kata atau kalimat menjadi bermakna karena selalu diandalkan adanya unsur lain yang menjadi pasangannya. Jadi, sebuah kalimat dapat dipahami karena adanya makna kalimat yang menjadi bandingannya itu.
Contoh:
Saya haus.
Kalimat itu dapat dipahami pendengar atau pembaca karena  adanya unsur lain, seperti saya tidak haus atau saya mau minum.
2.1.2 Teks dan Konteks
Teks merupakan hasil proses wacana. Di dalam proses tersebut, terdapat nilai-nilai, ideologi, emosi, serta kepentingan lain dari seorang penulis wacana. Dengan kata lain, untuk memahami makna suatu teks, tidak dapat dilepaskan hanya dari pemahaman tentang teks itu saja, namun konteks yang menyertai teks tersebut juga harus dipahami dan ditafsirkan. Pemahaman makna dan pesan dalam teks akan terhambat jika pembaca salah dalam menafsirkan konteksnya.
Perpaduan teks dan konteks disebut wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks, Menurut Sumarlam (2005: 47) seorang pakar Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa Konteks wacana adalah aspek internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana. Berdasarkan pengertian tersebut, maka konteks wacana secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu konteks bahasa dan konteks luar  bahasa. Konteks wacana terdiri atas beberapa unsur, yaitu:
a.Latar (Setting and Scene)
b.Peserta (Participants)
c.Hasil (Ends)
d.Amanat (Act Sequence)
e.Cara (Key)
f.Sarana (Instrumentalitis)
g.Norma (Norm)
h.Jenis (Genre)

a. Latar (Setting and Scene)
Setting lebih bersifat fisik yang mengacu pada tempat dan waktu terjadinya percakapan. Sedangkan scene merupakan latar psikis yang lebih mengacu pada suasana psikologis yang menyertai peristiwa tuturan. Hal tersebut terlihat pada wacana berikut ini: Waktu pukul delapan malam, desa Sijangkung sudah tampak sunyi seperti kuburan. Terpaksa aku menutup pintu rumah dan meregangkan otot di tempat tidur. Aku terbangun pukul enam pagi. Tidak disangka, ternyata matahari telah bersinar di Ufuk Timur sedangkan jalanan  sudah diisesaki oleh banyak orang yang berlalu-lalang.

b. Peserta (Participants)
Peserta yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Hasil (Ends)
Hasil mengacu pada tujuan akhir dan tanggapan dari suatu pembicaraan yang memang diharapkan oleh penutur.
d. Amanat (Act Sequence)
Amanat mengacu pada bentuk dan isi amanat. Bentuk amanat dapat berupa surat, esai, iklan, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya.
e.Cara (Key)
Cara mengacu pada pelaksanaan percakapan, misalnya dengan cara bersemangat, santai, maupun tenang  yang meliputi nada dan sikap.
f. Sarana (Instrumentalitis)
Sarana merupakan wahana komunikasi yang dapat mengacu pada pemakaian bahasa, apakah secara lisan atau tertulis.
g. Norma (Norm)
Norma mengacu pada aturan-aturan perilaku peserta percakapan, misalnya diskusi yang cenderung bersifat dua arah, sedangkan pidato cenderung satu arah. Aturan yang membatasi percakapan, seperti bagaimana cara membicarakannya.
                       
h. Jenis (Genre)
Jenis mengacu pada jenis wacana yang disampaikan, misalnya wacana koran dan wacana puisi.

 Istilah teks lebih dekat pemaknaannya dengan bahasa tulis, dan wacana bahasa lisan. Dalam konteks ini, teks dapat disamakan dengan naskah. Sedangkan istilah konteks adalah teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks yang satu memiliki hubungan dengan teks lainnya.

 Konteks berarti yang berkenaan dengan teks, yakni benda - benda atau hal-hal beserta canda bersama teks dan menjadi lingkungan itu. Menurut Brown dan Yulo (1983), konteks adalah lingkungan (envirenment) atau keadaan (circumstances) tempat bahasa digunakan. Dapat pula dikatakan bahwa konteks adalah lingkungan teks. Disamping istilah konteks dalam khasanah istilah linguistik Indonesia juga digunakan istilah lingkungan, lingkupan yang sama mempunyai makna yang berbeda karena konteks yang berbeda.
Imam Syafei menambahkan bahwa, apabila dicermati dengan saksama, konteks terjadinya suatu percakapan terdiri dari empat macam, yaitu.
a.Konteks linguistik, yaitu kalimat-kalimat dalam percakapan;
b.Konteks epistemis, yaitu latar belakang pengetahuan yang sama-
   sama diketahui oleh partisipant;
c.Konteks fisik, yaitu tempat terjadinya percakapan dan objek yang
   disajikan dalam percakapan;
d.Konteks sosial, yaitu relasi sosial yang melengkapi hubungan
   antarpelaku atau partisipan dalam suatu percakapan.















BAB 3   Penutup
3.1       Simpulan
Wacana adalah kesatuan makna ( semantik) antar bagian didalam suatu bangun bahasa. Dengan ketentuan makna, wacana dilihat sebagai bangunan bahasa yang utuh, karna setiap bagian didalam wacana itu berhubungan secara padu. Disamping itu wacana juga terikat pada konteks sebagai kesatuan yang abstrak.
Wacana memiliki dua unsur pendukung utama yaitu unsur dalam (internal) dan unsur khas (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur eksternal wacana merupakan suatu yang menjadi bagian wacana tetapi tidak tampak secara eksplisit. Kehadiran unsur eksternal berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur unsur eksternal itu terdiri atas implikatur, presu posisi, referensi dalam konteks.

3.2       Saran














Daftar Pustaka

Http/www. joomlArt. UT belajar wacana indonesia. Com
http://andriew.blogspot.com/2011/03/pengertian-wacana-dan-analisis-wacana.html
http://anggia-pratiwi.blogspot.com/2011/03/silabus-analisis-wacana.html
http://dc444.4shared.com/doc/bxrEpUUv/preview.html
http://dinnwangsadidjaya.blogspot.com/2012/04/analisis-wacana-lirik-lagu-separuh.html
http://tianfatmanuraini.blogspot.com/2011/06/pendekatan-konteks-wacana-oleh-tian.html
http://www.scribd.com/doc/57566273/Kedudukan-Wacana
http://www.scribd.com/doc/86753679/analisis-wacana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar