Senin, 14 September 2015



Mata kuliah : Kritik sastra
Dosen           :  Mardian,M.Pd

Kritik cerpen “ robohnya surau kami”
Karya : A.A Navis.
Oleh hendrasius
Jurusan :PBSI 3 C STKIP SINGKAWANG
Sinopsis Cerpen
Robohnya Surau Kami
    Karya A.A. Navis
Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut sebagai Garin.Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang paling pokok yang membuatnya bisa bertahan, yaitu dia masih mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue atau rokok.Kehidupan orang ini agaknya monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan.
Suatu hari datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat perbincangan yang mengasyikan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih, dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya.
Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan ? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya. Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur.Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau dia tetap pergi bekerja.
Kritik
Sebuah karya sastra di ciptakan oleh pengarang memiliki tujuan dan maksud tertentu.boleh jadi karya tersebut merupakan  sebuah pengalaman hidup ataupun sebuah sindiran terhadap suatu permasalahan ataupun hal yang bertentangan  di msyarakat.
Setiap karya sastra memiliki nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan kepada para pembaca oleh pengarang.nilai-nilai kehidupan bisa berbicara tentang nilai social,budaya,politik,ekonomi,religi atau spiritual dan lain sebagainya yang tentunya sangat bermanfaat bagi para pembaca karya sastra.
Dalam cerpen “ Robohnya surau kami” karya AA.Navis,pengarang menyajikan cerpen yang bermuatan religi.pengarang mengemas ide cerita dengan baik dan penuh kehati-hatian,supaya tidak terjadi kesalah  fahaman dalam memandang dan menilai isi cerita itu.
Cerpen ini memiliki judul yang lumayan  unik dan menarik buat para pembaca yang baru belajar dan menyukai cerpen.judul yang menarik  akan membuat penasaran para pembaca dan akan timbul beberapa pertanyaan, Mengapa bisa? Dimana? Apa sebabnya?  Siapa serta bagaimana?     Pertanyaan – pertanyaan itu pastilah akan muncul, sehingga pembaca merasa penasaran dan akan dibuat tertegun saat pertama kali membaca judul dan isi cerita.
Robohnya surau kami bukanlah menceritakan surau yang roboh akibat terkena tiupan angin topan ataupun puting beliung,akan tetapi mengisahkan sindiran dari nilai keagamaan seseorang yang kadang-kadang bisa goyah dan hancur karena kesombongannya sendiri ataupun karena suatu sebab tertentu.hal-hal yang kita anggap kecil dan murahan ternyata memiliki dampak yang besar dan bisa berakibat buruk serta fatal buat kita.
Melihat isi cerpen diatas,saya berpendapat bahwa unsure keagamaan yang diangkat sangatlah kuat dan kental. Penulis harus berhati-hati dalam menuangkan ide dan hasil pemikirannya,menempatkan tokoh – tokoh dan alur cerita yang sesuai,agar tidak timbul protes dan perlawanan dari kalangan tertentu atas dobrakan cerpen yang dibuat.
Cerpen ini memiliki nilai moral yang sangat tinggi,tentunya pengarang bukanlah orang biasa ,mungkin saja pengarang merupakan seorang yang religius ataupun seorang pakar spiritual yang dekat dengan sang pencipta,Sehingga pesan dari  tuhan dapat disampaikannya melalui sebuah karya.pengarang berani mengungkapkan akhlak manusia munafik yang seolah-olah mereka akan mendapatkan tempat yang bagus dan layak di surga dengan ibadah dan perbuatan yang merupakan sebuah rutinitas belaka.Penulis juga mengungkapkan adanya protes kepada tuhan,dari mereka yang munafik dan menganggap tuhan itu tidak adil,dan meminta tempat yang terbaik serta layak kepada Tuhan.akan tetapi tuhan tetap berlaku adil,Tuhan tidak mau ibadah hanya dilakukan sebagai hiasan dunia.  
Keunggulan dari cerita robohnya surau kami terletak pada bagaimana A.A. Navis mengakhiri cerita dengan kejadian yang tak terduga, lalu pada teknik penceritaan A.A.Navis yang tidak biasa pada saat itu. Tidak biasanya karena Navis menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain. Bahkan di sana terjadi dialog antara tokoh manusia dengan Sang Maha Pencipta.
Unsur perkampungan juga memberi latar yang pas dalam penceritaan. Pembaca dibawa menelusuri latar perkampungan yang masih kental. Dimana anak-anak bermain di surau, ataupun ibu-ibu yang suka mencopoti papan pada malam hari untuk kayu bakar
Kelemahannya terletak pada gaya bahasa yang terlalu tinggi, sehingga sulit untuk dibaca.selain itu Kelemahan yang ada dalam cerpen ini,pemakaian alur cerita flashback atau alur mundur dan kurang tepat,sehingga cerita sulit untuk difahami oleh pembaca yang baru menyukai cerpen.
Terdapat pesan moral dan nilai-nilai yang saling berkaitan satu sama lain yang harus kita ketahui didalam cerpen “Robohnya Surau Kami” diantaranya adalah:
  1. Nilai sosial: Terletak pada saling membantu sesama manusia sebagai makhluk sosial. Yang tercermin dalam diri si Kakek yang suka menolong tanpa pamrih.
  2. Nilai Moral: Kita sebagai sesama manusia hendaknya jangan saling mengejek atau menghina orang lain tetapi harus saling menghormati. Adapun pesan moral yang sangatlah harus kita perhitungkan adalah janganlah kita hidup didunia yang pendek untuk diri sendiri, memikirkan kepentingannya sendiri tiada peduli pada orang sekitar yang mungkin masih membutuhkan pertolongan dalam hal ibadah dan ketaatan.
  3. Apabila kita ingin menyampaikan kebenaran maka sampaikanlah hal tersebut dengan jalan yang baik, sehingga orang yang menerimanya akan terbuka dan lapang dada untuk menerimannya.
  4. Nilai Agama: Kita harus selalu melakukan kehendak Allah, jangan melakukan hal yang dilarang oleh-Nya seperti bunuh diri, mencemooh dan berbohong. Nilai agama menjadi nilai yang harus diprioritaskan karena A.A Navis sebagai seorang yang perduli terhadap bangsa/masyarakat pastinya tahu keadaan sekitar pada zamannya. Apa yang terjadi pada Kakek mungkin pernah dialami oleh A.A navis dalam kehidupannya. Pentingnya kita untuk beribadah dan mengamalkan pada orang-orang, jangan hanya untuk diri sendiri.
  5. Nilai Pendidikan: Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha dengan sekuat tenaga. Apa yang terjadi pada seorang Kakek yang mengakhiri hidupnya dengan menggorok lehernya tidaklah pantas untuk diikuti. Jangan mudah untuk putus asa, dan legowo terhadap perkataan siapapun itu.
Melalui cerita ini juga pengarang berpesan supaya manusia tahu dan sadar atas apa yang diperbuatnya di dunia,manusia diajarkan untuk tidak hanya beribadah atau semata-mata berbuat baik saja,namun harus berusaha dan bekerja dengan tidak bermalas-malasan,dalam mengerjakan apa yang disa dilakukan  buat orang lain.
Penokohan
1.      Tokoh Aku
  Tokoh ini begitu berperan dalam cerpen. Dari mulutnya kita bisa mendengar kisah si Kakek yang membunuh dirinya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau. A.A. Navis menggambarkan tokoh ini sebagai orang yang ingin tahu perkara orang lain.
2.      Ajo Sidi
 Tokoh ini sangat istimewa. Tidak banyak dimunculkan tetapi sangat menentukan keberlangsungan cerita ini . Secara jelas tokoh ini disebut sebagai si tukang bohong. Sebutan ini muncul melalui mulut tokoh Aku.
3.      Kakek Garin
Tokoh ini agaknya menjadi tokoh sentral. Dia menjadi pusat cerita. Oleh A. A. Navis tokoh ini digambarkan sebagai orang yang mudah dipengaruhi dan gampang mempercayai omongan orang, mengambil keputusan tanpa pikir panjang, dan tentu saja lemah iman nya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar