Mata kuliah
: Kritik sastra
Dosen
: Mardian,M.Pd
Kritik
cerpen “ robohnya surau kami”
Karya : A.A
Navis.
Oleh
hendrasius
Jurusan
:PBSI 3 C STKIP SINGKAWANG
Sinopsis Cerpen
Robohnya
Surau Kami
Karya A.A. Navis
Di suatu tempat ada sebuah surau tua
yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan
keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini
masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini
disebut sebagai Garin.Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain,
tetapi ada yang paling pokok yang membuatnya bisa bertahan, yaitu dia masih mau
bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais
rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue atau rokok.Kehidupan orang ini
agaknya monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan
merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri.
Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak
untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah
terpikirkan.
Suatu hari datanglah Ajo Sidi untuk
berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat
perbincangan yang mengasyikan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau
itu murung, sedih, dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo
Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya.
Dia memang tak pernah mengingat anak
dan istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak
ingin kaya atau bikin rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya
kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh seekor
lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada
Tuhannya. Apakah semua ini yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan
? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi
dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka.
Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya.
Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas
untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau
cukur.Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha
mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu
peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar
jenazah penjaga surau dia tetap pergi bekerja.
Kritik
Sebuah karya sastra di ciptakan
oleh pengarang memiliki tujuan dan maksud tertentu.boleh jadi karya tersebut
merupakan sebuah pengalaman hidup ataupun sebuah sindiran terhadap suatu
permasalahan ataupun hal yang bertentangan di msyarakat.
Setiap karya sastra memiliki
nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan kepada para pembaca oleh
pengarang.nilai-nilai kehidupan bisa berbicara tentang nilai
social,budaya,politik,ekonomi,religi atau spiritual dan lain sebagainya yang
tentunya sangat bermanfaat bagi para pembaca karya sastra.
Dalam cerpen “ Robohnya surau
kami” karya AA.Navis,pengarang menyajikan cerpen yang bermuatan
religi.pengarang mengemas ide cerita dengan baik dan penuh kehati-hatian,supaya
tidak terjadi kesalah fahaman dalam memandang dan menilai isi cerita itu.
Cerpen ini memiliki judul yang lumayan
unik dan menarik buat para pembaca yang baru belajar dan menyukai cerpen.judul
yang menarik akan membuat penasaran para pembaca dan akan timbul beberapa
pertanyaan, Mengapa bisa? Dimana? Apa sebabnya? Siapa serta bagaimana?
Pertanyaan – pertanyaan itu pastilah akan muncul,
sehingga pembaca merasa penasaran dan akan dibuat tertegun saat pertama kali
membaca judul dan isi cerita.
Robohnya surau kami bukanlah
menceritakan surau yang roboh akibat terkena tiupan angin topan ataupun puting
beliung,akan tetapi mengisahkan sindiran dari nilai keagamaan seseorang yang
kadang-kadang bisa goyah dan hancur karena kesombongannya sendiri ataupun
karena suatu sebab tertentu.hal-hal yang kita anggap kecil dan murahan ternyata
memiliki dampak yang besar dan bisa berakibat buruk serta fatal buat kita.
Melihat isi cerpen diatas,saya
berpendapat bahwa unsure keagamaan yang diangkat sangatlah kuat dan kental.
Penulis harus berhati-hati dalam menuangkan ide dan hasil
pemikirannya,menempatkan tokoh – tokoh dan alur cerita yang sesuai,agar tidak
timbul protes dan perlawanan dari kalangan tertentu atas dobrakan cerpen yang
dibuat.
Cerpen ini memiliki nilai moral
yang sangat tinggi,tentunya pengarang bukanlah orang biasa ,mungkin saja
pengarang merupakan seorang yang religius ataupun seorang pakar spiritual yang
dekat dengan sang pencipta,Sehingga pesan dari tuhan dapat disampaikannya
melalui sebuah karya.pengarang berani mengungkapkan akhlak manusia munafik yang
seolah-olah mereka akan mendapatkan tempat yang bagus dan layak di surga dengan
ibadah dan perbuatan yang merupakan sebuah rutinitas belaka.Penulis juga
mengungkapkan adanya protes kepada tuhan,dari mereka yang munafik dan
menganggap tuhan itu tidak adil,dan meminta tempat yang terbaik serta layak
kepada Tuhan.akan tetapi tuhan tetap berlaku adil,Tuhan tidak mau ibadah hanya
dilakukan sebagai hiasan dunia.
Keunggulan dari
cerita robohnya surau kami terletak pada bagaimana A.A. Navis mengakhiri cerita
dengan kejadian yang tak terduga, lalu pada teknik penceritaan A.A.Navis yang
tidak biasa pada saat itu. Tidak biasanya karena Navis menceritakan suatu
peristiwa yang terjadi di alam lain. Bahkan di sana terjadi dialog antara tokoh
manusia dengan Sang Maha Pencipta.
Unsur perkampungan
juga memberi latar yang pas dalam penceritaan. Pembaca dibawa menelusuri latar
perkampungan yang masih kental. Dimana anak-anak bermain di surau, ataupun
ibu-ibu yang suka mencopoti papan pada malam hari untuk kayu bakar
Kelemahannya terletak pada gaya
bahasa yang terlalu tinggi, sehingga sulit untuk dibaca.selain itu Kelemahan
yang ada dalam cerpen ini,pemakaian alur cerita flashback atau alur mundur dan
kurang tepat,sehingga cerita sulit untuk difahami oleh pembaca yang baru
menyukai cerpen.
Terdapat pesan moral dan nilai-nilai
yang saling berkaitan satu sama lain yang harus kita ketahui didalam cerpen “Robohnya
Surau Kami” diantaranya adalah:
- Nilai sosial: Terletak pada saling membantu sesama manusia sebagai makhluk sosial. Yang tercermin dalam diri si Kakek yang suka menolong tanpa pamrih.
- Nilai Moral: Kita sebagai sesama manusia hendaknya jangan saling mengejek atau menghina orang lain tetapi harus saling menghormati. Adapun pesan moral yang sangatlah harus kita perhitungkan adalah janganlah kita hidup didunia yang pendek untuk diri sendiri, memikirkan kepentingannya sendiri tiada peduli pada orang sekitar yang mungkin masih membutuhkan pertolongan dalam hal ibadah dan ketaatan.
- Apabila kita ingin menyampaikan kebenaran maka sampaikanlah hal tersebut dengan jalan yang baik, sehingga orang yang menerimanya akan terbuka dan lapang dada untuk menerimannya.
- Nilai Agama: Kita harus selalu melakukan kehendak Allah, jangan melakukan hal yang dilarang oleh-Nya seperti bunuh diri, mencemooh dan berbohong. Nilai agama menjadi nilai yang harus diprioritaskan karena A.A Navis sebagai seorang yang perduli terhadap bangsa/masyarakat pastinya tahu keadaan sekitar pada zamannya. Apa yang terjadi pada Kakek mungkin pernah dialami oleh A.A navis dalam kehidupannya. Pentingnya kita untuk beribadah dan mengamalkan pada orang-orang, jangan hanya untuk diri sendiri.
- Nilai Pendidikan: Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha dengan sekuat tenaga. Apa yang terjadi pada seorang Kakek yang mengakhiri hidupnya dengan menggorok lehernya tidaklah pantas untuk diikuti. Jangan mudah untuk putus asa, dan legowo terhadap perkataan siapapun itu.
Melalui
cerita ini juga pengarang berpesan supaya manusia tahu dan sadar atas apa yang
diperbuatnya di dunia,manusia diajarkan untuk tidak hanya beribadah atau semata-mata
berbuat baik saja,namun harus berusaha dan bekerja dengan tidak
bermalas-malasan,dalam mengerjakan apa yang disa dilakukan buat orang
lain.
Penokohan
1. Tokoh Aku
Tokoh ini begitu berperan dalam
cerpen. Dari mulutnya kita bisa mendengar kisah si Kakek yang membunuh dirinya
dengan cara menggorok lehernya dengan pisau. A.A. Navis menggambarkan tokoh ini
sebagai orang yang ingin tahu perkara orang lain.
2. Ajo Sidi
Tokoh ini sangat istimewa. Tidak
banyak dimunculkan tetapi sangat menentukan keberlangsungan cerita ini . Secara
jelas tokoh ini disebut sebagai si tukang bohong. Sebutan ini muncul melalui
mulut tokoh Aku.
3. Kakek Garin
Tokoh ini agaknya menjadi tokoh
sentral. Dia menjadi pusat cerita. Oleh A. A. Navis tokoh ini digambarkan
sebagai orang yang mudah dipengaruhi dan gampang mempercayai omongan orang,
mengambil keputusan tanpa pikir panjang, dan tentu saja lemah iman nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar