Kamis, 10 Desember 2015

metode sejarah



Metode Sejarah

Sejarah adalah salah satu cabang dari ilmu sosial yang sangat terbuka. Hal tersebut tergambar dari suatu pendapat yang menyatakan bahwa semua orang mampu menulis sejarah. Konsekuensi dari pendapat tersebut adalah banyaknya tulisan tentang sejarah yang kurang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kadang kala sulit dibedakan antara yang dongeng, mitos, legenda, dan sejenisnya dengan fakta sejarah. Sekarang tulisan-tulisan seperti itu tidak dapat dipertahankan lagi.

Sejarah seharusnya ditulis oleh orang yang mempunyai kompetensi di bidang kesejarahan (sejarawan) yang diharapkan mampu meneliti dan menulis dengan semangat kritis yang tinggi, dalam arti sejak pengumpulan data atau sumber sejarah (yang biasa disebut heuristik) sampai kepada tahap penulisannya (historiografi), harus dilakukan serangkaian kritik sehingga dapat dihasilkan suatu tulisan sejarah yang didasarkan atas fakta-fakta yang benar-benar teruji dan dapat diandalkan. Untuk mencapainya sejarah harus ditulis melalui prosedur yang disebut Metode Sejarah. Metode ini mempunyai empat tahapan yang integral, yakni Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi.


A. PENGERTIAN METODE SEJARAH
Metode sejarah berasal dari dua kata yaitu metode dan sejarah. Kata "metode" memiliki arti cara atau prosedur yang sifatnya sistematis, metode juga dapat diartikan sebagai langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menjelaskan objek yang dikajinya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan guna mencapai apa yang telah ditentukan”. Dengan kata lain metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, sejarah adalah semua peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Menurut Sartono Kartodirdjo sejarah dapat didefinisikan sebagai berbagai bentuk penggambaran pengalaman kolektif di masa lampau. Setiap pengungkapannya dapat dipandang sebagai suatu aktualisasi atau pementasan pengalaman masa lampau. Menceritakan suatu kejadian ialah cara membuat hadir kembali (dalam kesadaran) peristiwa tersebut dengan pengungkapan verbal.

Metode sejarah dapat disimpulkan sebagai cara atau prosedur yang sistematis untuk menjelaskan objek kajiannya dalam merekonstruksi masa lampau. Kuntowijoyo mengartikan metode sejarah sebagai petunjuk pelaksaaan dan teknis tentang bahan, kritik dan interpretasi sejarah serta penyajian dalam bentuk tulisan. Metode Sejarah bertujuan memastikan dan mengatakan kembali masa lampau. Metode sejarah digunakan sebagai metode penelitian, pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan (5W dan 1H) yang merupakan elemen dasar penulisan sejarah, yaitu what (apa), when (kapan), where (dimana), who (siapa), why (mengapa), dan how (bagaimana). Berdasarkan definisi metode sejarah yang dijelaskan, metode sejarah merupakan cara atau teknik dalam merekonsturksi peristiwa pada masa lampau melalui empat tahapan kerja, yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber (eksternal/bahan dan internal/isi), interpretasi (penafsiran) dan historiografi (penulisan kisah sejarah).


B. SISTEMATIKA METODE SEJARAH
1. Heuristik
Heuristik adalah suatu teknik, mencari dan mengumpulkan sumber. Jadi Heuristik adalah tahap mencari, mengumpulkan, menghimpun sumber-sumber, jejak-jejak sejarah yang relevan yang diperlukan untuk dijadikan informasi. Tahap ini merupakan tahap pertama yang harus dilakukan dalam merekonstruksi masa lampau. Ketika kita akan merekonstruksi masa lampau, kita harus melakukan pencarian sumber, dalam pencarian sumber perlu diketahui mengenai jenis-jenis sumber. Sumber dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber tertulis (dokumen, arsip, surat, buku, koran), sumber benda (foto, makam, masjid), dan sumber lisan. Berdasarkan asal-usulnya, sumber dapat dibagi menjadi tiga (dua yang utama), yaitu sumber primer (pelaku, saksi), sumber sekunder (orang yang tidak sezaman dengan peristiwa), dan sumber tersier (karya ilmiah). Penelusuran sumber-sumber ini dapat dilakukan di tempat yang memungkinkan seperti perpustakaan, arsip nasional/daerah, museum, dan dokumen pribadi atau lembaga. Tentu saja, sumber yang dicari di tempat-tempat tersebut harus berkaitan dengan masa lampau yang hendak direkonstruksi.

contoh sumber sejarah
Gambar: Contoh Sumber Sejarah

2. Kritik Sumber
Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang sumber, tetapi sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern menilai, apakah sumber itu benar-benar sumber yang diperlukan, apakah sumber itu asli, turunan, atau palsu. Dengan kata lain, kritik ekstern menilai keakuratan sumber (otentisitas). Kritik intern menilai kesahihannya data dalam sumber (kredibilitas). Keaslian sumber (otentisitas) adalah peneliti melakukan pengujian atas asli tidaknya sumber, berarti ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan. Bila sumber itu merupakan dokumen tertulis, maka harus diteliti kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya, kata-katanya, dan hurufnya.
Keshahihan sumber (kreedibilitas) yaitu mencari asal muasal sumber berasal karena kesaksian sumber dalam sejarah adalah faktor terpenting dalam menentukan shahih dan tidaknya bukti atau fakta itu sendiri. Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam lembaran lepas (sistem kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan kerangka tulisan.

3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran sejarah disebut juga dengan analisis sejarah. Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber. Jadi interpretasi untuk mendapatkan makna dan saling hubungan antara fakta yang satu dengan yang lainnya. Data atau sumber sejarah yang dikritik akan menghasilkan fakta yang akan digunakan dalam penulisan sejarah. Namun demikian, sejarah itu sendiri bukanlah kumpulan dari fakta, parade tokoh, kronologis peristiwa, atau deskripsi belaka yang apa¬bila dibaca akan terasa kering karena kurang mempunyai makna. Fakta-fakta sejarah harus diinterpretasikan atau ditafsirkan agar sesuatu peristiwa dapat direkonstruksikan dengan baik, yakni dengan jalan menyeleksi, menyusun, mengurangi tekanan, dan menempatkan fakta dalam urutan kausal. Dengan demikian, tidak hanya pertanyaan dimana, siapa, bilamana, dan apa yang perlu dijawab, tetapi juga yang berkenaan dengan kata mengapa dan apa jadinya. Dalam interpretasi, seorang sejarawan tidak perlu terkekang oleh batas-batas kerja bidang sejarah semata, sebab sebenarnya kerja sejarah melingkupi segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, untuk memahami kompleksitas sesuatu peristiwa, maka mau tidak mau sejarah memerlukan pendekatan multidimensi. Dengan demikian, berbagai ilmu bantu perlu dipergunakan dengan tujuan mempertajam analisis sehingga diharapkan dapat diperoleh generalisasi ke tingkat yang lebih sempurna. Perlu pula dikemukakan di sini, bahwa dalam tahapan interpretasi inilah subjektifitas sejarawan bermula dan turut mewarnai tulisannya dan hal itu tak dapat dihindarkan. Walau demikian, seorang sejarawan harus berusaha sedapat mungkin menekan subjektifitasnya dan tahu posisi dirinya sehingga nantinya tidak membias ke dalam isi tulisannya.

4. Historiografi
Historiografi adalah penyajian hasil interpretasi fakta dalam bentuk tulisan. Dapat dikatakan historiografi sebagai puncak dari rangkaian kerja seorang sejarawan, dan dari tahapan inilah dapat diketahui baik buruknya hasil kerja secara keseluruhan. Oleh karena itu dalam penulisan diperlukan kemampuan menyu¬sun fakta-fakta yang bersifat fragmentaris ke dalam tulisan yang sistematis, utuh, dan ko¬munikatif. Dalam penulisan sejarah aspek kronologi sangat penting. Dalam historiografi modern (sejarah kritis), seorang sejarawan yang piawai tidak lagi terpaku kepada bentuk penulisan yang naratif atau deskriptif, tetapi dengan multidimensionalnya lebih mengarah kepada bentuk yang analitis karena dirasakan lebih ilmiah dan mempunyai kemampuan memberi keterangan yang lebih unggul dibandingkan dengan apa yang ditampilkan oleh sejarawan konvensional dengan sejarah naratifnya.

makalah sejarah dan masa lampau


TUGAS DASAR DASAR SEJARAH
SEJARAH DAN MASA LAMPAU
 oleh Meri Erawati,SS,M.HUM
 








Oleh;
Anggun mustika yanti 14070189
Herlan perdana 14070205
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI  SUMATRA BARAT
PADANG
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
BAB I  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................. .......................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sejarah........................................................................................
2.2 Ruang lingkup sejarah.................................................................................
2.3  Sejarah Sebagai Ilmu....................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

BAB I
 PENDAHULUAN
1.1             Latar Belakang
Manusia memiliki keterkaitan yang erat dengan sejarah. Setiap kejadian yang dialami manusia di masa lampau, baik ataupun buruk, diingat oleh manusia dan diceritakan kembali secara lisan maupun tulisan menjadi cerita sejarah. Manusia adalah penutur sejarah, yang membuat cerita sejarah. Sebelum manusia mampu membuat sejarah, manusia dibuat oleh sejarah, dibimbing serta dibina oleh sejarah pula. Oleh sebab itu, manusia tidak dapat dipisahkan dari sejarah.
“Dalam beberapa tahun kebelakangan ini, ilmuwan posmodernisme dengan keras mempertanyakan keabsahan dan perlu tidaknya dilakukan kajian sejarah. Menurut mereka, sejarah semata-mata hanyalah interpretasi pribadi dan subjektif atas sumber-sumber sejarah yang ada. Dalam bukunya yang berjudul In Defence of HistoryRichard J. Evans, seorang profesor bidang sejarah modern dari Universitas Cambridge di Inggris, membela pentingnya pengkajian sejarah untuk masyarakat” (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah).
Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki metode ilmiah yang terstruktur dan bertanggung jawab. Pengkajian sejarah dilakukan dengan metodologi ilmiah tertentu untuk meneliti bukti-bukti yang ada sehingga teruji dengan seksama otentisitas dan kredibilitasnya. Bukti-bukti yang telah teruji tersebut kemudian akan menjadi suatu rangkaian fakta ilmiah yang dapat digunakan untuk mengungkap sejarah secara objektif dan benar atau paling tidak mendekati kebenaran.

1.2      Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kelompok kemukakan berdasarkan latar belakang diatas ialah:
1. Apa pengertian sejarah?
2. Apa  yang termasuk ruang lingkup sejarah?
3. Mengapa sejarah disebut sebagai ilmu?
1.3      Tujuan 
Adapun tujuan penulisan yang kelompok kemukakan berdasarkan masalah-masalah yang akan dibahas adalah:
1. Untuk menjelaskan pengertian sejarah.
2. Untuk menjelaskan ruang lingkup sejarah
3. Untuk menjelaskan sejarah sebagai ilmu

BAB II
PEMBAHASAN
2.1      Pengertian Sejarah
Secara etimologis, kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu syajaratun yang berarti pohon kayu. Pohon kayu menggambarkan adanya kejadian, pertumbuhan, dan perubahan dan perkembangan karena inti sejarah itu sendiri adalah perubahan (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 21). Sedangkan dalam bahasa Inggris sejarah disebut historyyang berarti masa lampau umat manusia. Dalam bahasa Jerman, sejarah disebut geschicht yang berarti telah terjadi (Louis Gottschalk, 1983: 27). “Pada hakikatnya, sejarah ialah suatu konsep tentang waktu yang berkelanjutan dan perubahan yang mengarungi ruang geografis dan alami yang berisi berbagai peristiwa mengenai segala aktivitas dan hasil karya manusia pada masa lampau yang selaras dengan rangkaian sebab-akibatnya” (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 22).
 Sejarah dalam bahasa arab ialah Sajaratun (syajaroh), artinya pohon dan keturunan. Jika kita membaca silsilah raja-raja akan tampak seperti gambar pohon dari sederhana dan berkembang menjadi besar, maka sejarah dapat di artikan silsilah keturunan raja-raja yang berarti peristiwa pemerintahan keluarga raja pada masa lampau.dalam bahasa inggris kata sejarah disebut History yang artinya masa lampau; masa lampau umat manusia. 

Dalam bahasa yunani kata sejarah di sebut Istoria, yang berarti belajar. Jadi, sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala  peristiwa, kejadian yang terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. 

Dalam bahsa jerman kata sejarah disebut Geschichte yang artinya sesuatu yang telah terjadi, sesuatu yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. adapun menurut Sartono Kartodirjo, sejarah adalah rekonstruksi masa lampau atau kejadian yang terjadi pada masa lampau. 

Sejarah terus berkesinambungan sehingga merupaka rentang peristiwa yang panjang. Oleh karena itu, sejarah mencakup :
· Masa lalu yang dilukiskan berdasarkan urutan waktu (kronologis)
· Ada hubungannya dengan sebab akibat
· Kebenarannya bersifat subjektif sebab  masih perladanya penelitian lebih lanjut untuk mencari kebenaran yang hakiki
· Peristiwa sejarah menyangkut masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.

Secara umum, Pengertian Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang membahas tentang segala peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan manusia. Dalam arti luas, Pengertian Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari kejadian atau peristiwa pada masa lampau dalam kehidupan manusia melalui bukti tertulis misalnya kitab/dokumen kuno dan lisan misalnya tradisi turun temurun dan mitos, bukti berupa benda-benda misalnya artefak dan prasasti serta monumen sejarah. Selain itu, Pengertian Sejarah juga membahas tentang dan peristiwa dan waktu. Dengan demikian, masalah waktu berperan penting dalam memahami suatu peristiwa, maka para sejarawan biasanya mengatasi masalah waktu dengan membuat sebuah periodesasi.
2.2      Ruang lingkup sejarah
Ruang Lingkup Sejarah 
Ruang lingkup sejarah merupakan pemahaman yang menjadi sejarah sebagai ilmu pengetahuan. Ruang lingkup sejarah meliputi konsep sejarah, unsur sejarah, dan hubungan sejarah dengan ilmu. Berikut penjelasan ruang lingkup sejarah...

a. Konsep Sejarah -Konsep adalah suatu wujud kemampuan akal dalam membentuk gambaran baru yang sifatnya abstrak (tidak nyata) menurut data atau suatu kajian.
· Sejarah sebagai peristiwa,adalah kejadian, kenyataan (realita), aktualitas sejarah yang telah terjadi atau berlangsung di masa lalu. Sejarah mengandung kejadian yang terladi atau berlangsung di masa lalu. 
· Sejarah sebagai kisah, adalah suatu rangkaian cerita yang berupa narasi yang disusun menurut ingatan, tafsiran, manusia atau kesan. 
· Sejarah sebagai ilmu,mempelajari kenyataan dengan mengadakan penelitian dan pengkajian mengenai peristiwa cerita sejarah. Sejarah sebagai ilmu pengetahuan terdapat beberapa syarat ilmiah misalnya empiris, objektif, teori, dan kesimpulan umum (menggeneralisasikan). 
· Sejarah sebagai seni, dikatakan sebagai seni karena sejarah memerlukan inutisi, imajinasi, emosi dan gaya bahasa dalam penulisan sejarah. 
2.2.1 Sejarah Sebagai Ilmu
Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu; pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dsb (http://kbbi.web.id/ilmu). Yang menentukan suatu pengetahuan itu ilmu atau bukan ilmu adalah adanya metode ilmiah yang digunakan sebagai dasar utama untuk mencari kebenaran atau cara untuk mendekatinya sehingga sampai pada kebenaran (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 16).
Sejarah sebagai ilmu merupakan suatu susunan pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia pada masa lampau yang diteliti, disusun serta disajikan secara sistematis dan metodis berdasarkan asas, prosedur dan metode serta teknik ilmiah khusus yang diakui oleh pakar sejarah untuk memperoleh suatu kebenaran (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 15). Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena memiliki metode ilmiah. Selain itu, sejarah juga memiliki unsur-unsur yang merupakan ciri-ciri dan karekteristik keilmuannya. Berikut penjelasan tentang ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai suatu ilmu.
2.2.2  Ciri-ciri Sejarah Sebagai Ilmu
Menurut A. Sobana Hardjasaputra dalam makalahnya yang berjudul Metode Penelitian Sejarah(2008: 4-6),Sejarah disebut sebagai ilmu karena memiliki ciri-ciri keilmuan sebagai berikut:
 Bersendi Pada Pengetahuan
Pengetahuan adalah ciri pertama yang menjadi landasan ilmu untuk mencari keterangan atau penjelasan lebih lanjut tentang sesuatu. Suatu pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat untuk menjadi suatu ilmu yaitu memiiliki subyek, obyek, dan hubungan antara subyek dan obyek.
Subyek adalah orang-orang yang secara sengaja maupun tidak sengaja mengetahui suatu peristiwa. Obyek merupakan sesuatu atau suatu peristiwa yang diketahui oleh obyek. Hubungan antara subyek dan obyek itulah yang menjadikan suatu ilmu pengetahuan.
 Memiliki Metode
Metode merupakan unsur penting dalam suatu ilmu. Untuk merekonstruksi sebuah peristiwa dalam sejarah diperlukan suatu ilmu yang mempelajari metode-metode pengkajian sejarah. Tanpa metode, penulisan sejarah hanya akan menjadi tulisan populer yang hanya bersifat deskriptif-naratif tanpa mengandung unsur karya ilmiah.
 Sistematis
Sejarah diteliti dan ditulis melalui serangkaian metode yang sistematis. Hubungan antar peristiwa disusun secara kronologis sehingga tulisan sejarah memiliki sifat diakronis (memanjang menurut alur waktu). Susunan sejarah juga berdasarkan kausalitas (hubungan sebab-akibat).

Pendekatan Ilmiah
Sejarah memiliki teori, yaitu teori sejarah. Teori dan metode dibutuhkan dalam penulisan sejarah. Selain itu, penulisan sejarah juga harus menggunakan pendekatan multidimensional, yaitu melalui penerapan konsep dan teori ilmu-ilmu sosial lain seperti antropologi, sosiologi, politik, dll yang memiliki hubungan relevan dengan masalah sejarah yang dibahas. Hal tersebut untuk mempertajam daya analisis sehingga diperoleh penjelasan kongkrit mengenai peristiwa yang diteliti.
 Perspektif Filsafat
Filsafat merupakan landasan pemikiran yang menegaskan kebenaran suatu ilmu. Pemikiran filsafat dapat meningkatkan kualitas pengetahuan manusia. Oleh karena itu, sejarah juga memiliki suatu filsafat sejarah. Perspektif atau sudut pandang filsafat tersebut digunakan untuk mencapai sebuah kebenaran dan obyektivitas suatu peristiwa sejarah.
Karakteristik Sejarah Sebagai Ilmu
Menurut Kuntowijoyo seperti yang dikutip Nana Supriatna (2008: 6), sejarah sebagai ilmu memiliki karakteristik sebagai berikut:
         1. Empiris
Secara etimologis, empiris berasal dari bahasa Yunani empeiria yang artinya pengalaman. Sejarah bersifat empiris karena sejarah melakukan kajian terhadap peristiwa yang benar-benar pernah terjadi di masa lampau. Sejarah tergantung pada aktivitas manusia di masa lampau yang terekam dalam bukti-bukti yang diteliti para sejarawan untuk mencapai suatu kebenaran fakta yang diinterpretasikan menjadi tulisan sejarah. 
2. Memiliki Objek
Kata objek berasal dari bahasa Latin objectus yang artinya sasaran. Sejarah sebagai ilmu harus memiliki sasaran yang jelas. Objek yang dipelajari oleh sejarah sebagai ilmu adalah manusia dan segala aktivitas dalam dimensi waktu masa lampau. Objek dapat bersifat artefak jika objek yang ditemukan merupakan hasil daripada peristiwa misalnya potongan tembikar, reruntuhan bangunan, dan mata uang.  Sedangkan objek sejarah dikatakan bersifat dokumen jika ditemukan dalam bentuk rekaman daripada peristiwa baik secara lisan maupun tertulis misalnya keterangan dari saksi hidup dan dokumen resmi tertulis (Louis Gottschalk, 1983: 28-29).
3. Memiliki Teori
Teori merupakan pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi; penyelidikan eksperimental yg mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi, argumentasi (http://kbbi.web.id/teori). Dalam meneliti objeknya, sejarah memiliki teori tersendiri.  Teori dalam sejarah diajarkan sesuai dengan keperluan peradaban masing-masing. Rekonstruksi sejarah yang dilakukan mengenal adanya teori yang berkaitan dengan sebab akibat, eksplanasi, objektivitas, dan subjektivitas. Meskipun rekonstruksi total masa lampau yang menjadi tujuan para sejarawan secara logis tidak dapat dicapai sepenuhnya (Louis Gottschalk, 1983: 27), setidaknya akan terungkap sejarah yang mendekati kebenaran untuk kemudian digunakan sebagai acuan kehidupan masa sekarang dan masa depan.
           4. Mempunyai Generalisasi
Generalisasi merupakan sebuah kesimpulan umum dari suatu kejadian (http://kbbi.web.id/generalisasi). Namun, karena sejarah merupakan peristiwa yang terjadi di masa lampau dan seringkali dijumpai kesulitan dalam pengumpulan bukti yang valid, maka sifat generalisasi sejarah harus selalu dinamis sesuai dengan perkembangan penemuan-penemuan baru yang mendukung keabsahan suatu fakta sejarah.
          5.  Memiliki Metode
Metode merupakan suatu cara tertentu untuk meneliti dan mengkaji sesuatu (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 19). Metode dalam sejarah diperlukan untuk meneliti bukti-bukti yang ada untuk memperoleh fakta-fakta yang kemudian dikaji lebih lanjut dan disimpulkan menjadi sejarah secara objektif dan benar.
Menurut Ernest Bernsheim dalam bukunya Lehrbuch der Historischen Methode und der Geschicht-philosophie seperti yang dikutip oleh H. Sjamsuddin & Ismaun (1996: 19-20), metode sejarah dapat dirinci dengan sistematika sebagai berikut:
(1)   Heuristiek, mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah;
(2)   Kritiek, menganalisis secara kritis sumber-sumber sejarah;
(3)   Auffassung, menanggapi fakta-fakta sejarah yang didapat dari sumber-sumber sejarah dan berusaha membayangkan gambaran masa lampau;
(4)   Darstellung, menyampaikan hasil rekonstruksi imajinatif tentang masa lampau sehingga sesuai dengan jejak-jejak sejarah yang telah ditemukan atau imajinasi ilmiah.
Fungsi Sejarah
Sejarah memiliki banyak fungsi pada prakteknya dalam kehidupan. Menurut A. Sobana Hardjasaputra dalam makalahnya yang berjudul Metode Penelitian Sejarah(2008: 9-12), sejarah memiliki fungsi sebagai berikut:
Fungsi Umum
Secara umum, sejarah berfungsi sebagai sumber pengetahuan. Peristiwa-peristiwa yang terekam dalam sejarah kemudian ditelusuri kembali untuk mencari keabsahannya. Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut kemudian diceritakan kembali dan dijadikan bahan pelajaran dalam kehidupan manusia.
Fungsi Khusus
Dalam fungsi umum itu terkandung fungsi khusus sejarah, yaitu fungsi sejarah secara lebih luas. Fungsi khusus sejarah terbagi atas fungsi intrinsik(fungsi hakiki, fungsi yang melekat pada dirinya) dan fungsi ekstrinsik(fungsi ke luar dirinya).
  
      Fungsi Intrinsik
Fungsi intrinsik sejarah yang paling utama adalah sebagai media untuk mengetahui peristiwa di masa lampau dan juga sebagai ilmu pengetahuan.
Fungsi Ekstrinsik
Fungsi sejarah yang penting untuk dipahami adalah fungsi edukatif. Fungsi edukatif sejarah mencakup :
BAB III
PENUTUP
3.1             Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat penulis simpulakan berbagai hal sebagai berikut yaitu:
1.                 Sejarah ialah suatu konsep tentang waktu yang berkelanjutan dan perubahan yang mengarungi ruang geografis dan alami yang berisi berbagai peristiwa mengenai segala aktivitas dan hasil karya manusia pada masa lampau yang selaras dengan rangkaian sebab-akibatnya.
2.                 Sejarah memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang membuatnya disebut sebagai ilmu. Sejarah memiliki ciri-ciri bersendi pada pengetahuan, memiliki metode, sistematis, menggunakan pendekatan ilmiah, dan memiliki perspektif filsafat. Sejarah sebagai ilmu juga memiliki karakteristik antara lain bersifat empiris, memiliki objek, memiliki teori, memiliki metode ilmiah dalam penelitiannya, dan mempunyai generalisasi.
3.                 Sejarah memiliki banyak fungsi dalam kehidupan baik secara umum, yaitu sebagai ilmu pengetahuan, maupun secara khusus. Fungsi khusus sejarah yang paling penting terutama pada fungsi edukatifnya yang meliputi pendidikan nalar, pendidikan moral, pendidikan politik, pendidikan kebijakan atau kebijaksanaan (kearifan), pendidikan perubahan, pendidikan untuk masa depan, dan sebagai ilmu bantu.
3.2       Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah penulis paparkan, penulis menyarankan kepada masyarakat pada umumnya dan kepada para mahasiswa pada khususnya, untuk mulai mempelajari sejarah secara lebih mendalam. Karena sejarah sebagai ilmu memiliki banyak fungsi dalam 

kehidupan. Segala yang telah terjadi di masa lampau hendaknya dapat menjadi acuan untuk membina kehidupan di masa sekarang dan masa depan. “Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana. Katanya: ‘Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya’ ” (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah).

Daftar Pustaka
Kuntowijoyo,(1995) pengantar ilmu sejarah,yogyakarta
Sjamsuddin, H & Ismaun. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah.Jakarta: Departemen Tenaga .Ilmu. Termuat di situs http://kbbi.web.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar