Kamis, 10 Desember 2015



Sinopsis novel Atheis
Oleh Achdiat K. Mihardja

Atheis menceritakan kehidupan seseorang bernama Hasan. Hasan dibesarkan ditengah keluarga yang menganut tarekat. Setelah dewasa, Hasan mengikuti tarekat seperti yang diamalkan oleh kedua orang tuanya. Meski sesungguhnya keterlibatannya dalam tarekat itu sebagai kompensasi dari kekecewaannya karena harus kehilangan kekasihnya, Rukmini. Namun, sejak ia menganut ilmu mistik makin rajinlah ia beribadah.
Bahkan amalan-amalan mistik yang berat pun ia jalankan, seperti berpuasa sampai tujuh hari tujuh malam lamanya, mandi di kali Cikapundung sampai empat puluh kali selama satu malam dari sembahyang isya sampai subuh, mengunci diri dalam kamar tiga hari tiga malam lamanya, dengan tidak makan, tidak tidur, tidak bercakap-cakap sama orang lain (halaman 24). Dengan menjalankan amalan-amalan tarekat tersebut, Hasan merasa seolah-olah sudah menjadi seorang-orang yang sudah sempurna dalam hal berbati kepada Tuhan (halaman 23). Oleh karena itu, Hasan merasa, ‘perasaan sempurna” itu membikin aku brangan-angan ingin menginsafkan orang lain akan kebaikab dan kebenaran ilmu tarekat yang kupeluk itu”. (halaman 23.)
Suatu hari, Hasan bertemu dengan Rusli teman kecilnya di kantor Jawatan Air. Rusli memperkenalkan Hasan pada seseorang wanita yang bersamanya, Kartini. Hasan seolah menemuikan sosok Rukmini pada diri Kartini. Ia jatuh cinta pada bekas istri rentenir tua keturunan Arab itu.
Kehidupan Rusli dan Kartini yang demikian bebas, membuat Hasan bertekat untuk menyadarkan mereka. Namun, menghadapi Rusli yang pemikirannya rasional dan tahu banyak mengenai materialisme, tekad Hasan jadi porak-poranda. Hasan yang dibesarkan dilingkungan mistisme, terbiasa melakukan amalan-amalan yang tidak logis, tak berdaya berhadapan dengan seorang matrealis seperti Rusli yang berpegang pada paham Nietzshe, “Ah, mengapa Saudara berkata begitu? Itu pikiran kolot. Tuhan tidak ada, Saudara!” (halaman 67).
Hasan tidak mampu membantan argumentasi-argumentasi yang dikemukakan oleh Rusli. Bahkan, Rusli malah balik mengkhotbahi dirinya. Sejak kecil Hasan terbiasa mendapatkan pelajaran agama melalui dogma dan dongeng-dongeng mengenai surga dan neraka. Setelah besar pun ia menerima saja perintah gurunya untuk melakukan amalan-amalan mistis yang tentu saja tak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, keyakinan agamanya tidak didasari argumentasi-argumentasi yang kuat dari Al-Quran dan As-Sunnah.
Akibatnya, keyakinan seperti rumah laba-laba, rapuh dan mudah hancur. Perdebatan dengan Rusli berdampak pada keyakinannya. Pikiranya diganggu oleh perkataan-perkataan Rusli. Mendenging-denging lagi suara Rusli yang mengatakan bahwa kita, harus pandai meneropong soal-soal hidup dengan pikiran yang bebas lepas, dengan pikiran dan penglihatan yang tak boleh dipikin kabur oleh fanatisme dan dogma. (halaman 74).
Perkataan-perkataan Rusli itu menjelma jadi badai di kepalanya. Pertemuannya dengan Anwar mengatakan, “Tuhan itu adalah aku sendiri...”(halaman 108), kian menghadirkan pergulatan pemikiran di pikirannya. Kehadirannya dalam pertemuan dengan Bung Parta yang memiliki pemikiran, “Tekniklah tuhan kita.”(halaman 120) di rumah Rusli, makin menghancurkan sendi-sendi keimanannya.
Suatu ketika ia pulang ke rumah di kampungnya bersama Anwar. Ayahnya melihat perubahan pada diri Hasan. Namun, ketika ayahnya berusaha menasihati Hasan, ia malah menentang ayahnya dengan pemikiran-pemikiran yang diajarkan oleh pemikiran barunya. Penentangan itu kian dipertegas dengan rencananya minikahi Kartini.
Orang tuanya yang berharap Hasan menikah dengan Fatimah, saudara angkatnya, tentu tidak merestui rencana itu. Namun, Hasan tetap nekat menikahi Kartini. Perkawinan Hasan dengan Kartini tewrnyata tidak membuahkan kebahagiaan seperti yang mereka dambakan. Kartini meneruskan kebiasaan hidup bebasnya, pergi tanpa suami dengan siapa saja.
Hal itu membuat Hasan dibakar cemburu. Pada suatu hari, tengah Hasan menunggu kedatangan istrinya itu, Kartini datang bersama-sama dengan Anwar. Kemarahan Hasan memuncak, ia memukuli istrinya itu. Kartini meninggalkan rumahnya. Ia pergi tanpa tujuan. Di jalan ia bertemu dengan Anwar. Atas bujukan Anwar, Kartini mau diajak bermalam di suatu hotel bersama-sama dengan Anwar. Oleh karena, Anwar berusaha untuk memperkosanya, Kartini lari dari penginapan itu dengan meneruskan perjalanannya ke Kebon Manggu.
Hasan menyesali perbuatannya selama ini. Ia mengutuk teman-temannya yang telah membawanta ke jalan sesat, jalan yang membawa dirinya menjadi seorang atheis. Hasan berusaha kembali ke jalan hidup semula, hidup dengan berpegang pada ajaran agama Islam. Mendengar kabar bahwa ayahnya sedang sakit parah, Hasan pulang menjenguknya. Menjelang ajalnya, ayahnya masih sempat mengusir Hasan yang menungguinya. Setelah Hasan keluar dari kamar tidur, ayahnya meninggal dengan tenang.
Ketika pulang ke Bandung, terjadilah kusukeiho. Hasan terpaksa mencari tempat berlindung di suatu bunker bersama-sama dengan orang-orang yang senasib. Di tempat perlindungan itulah terngiang-ngiang suara ayahnya di hatinya, menasihati, memarahi, mengutuk-ngutuk perbuatannya yang telah menyimpang dari ajaran agama Islam. Pentakit tbc yang menyerang Hasan kambuh. Ia merasa tak kuat melanjutka perjalanan. Hasan pun mencari penginapan terdekat untuk istirahat. Ia sampai pada sebuah penginapan.
Dari daftar tamu penginapan itu, didapati nama Kartini dan Anwar. Setelah mendapat penjelasan dari pelayan hotel, Hasan semakin yakin bahwa Kartini telah berbuat serong dengan Anwar. Meledaklah amarahnya, ia lari keluar pada malam gelap untuk membalas dendam pada Anwar. Sementara itu, sirine mengaung-ngaung tanda bahaya udara. Semua lampu dimatikan, setiap orang mencari perlindungan.
Hasan sudah gelap mata, ia tak lagi pedulikan tanda bahaya. Ia terus berlari menerobos gulita. Tiba-tiba... Tar! Tar! Aduh! Hasan jatuh tersungkur. Paha kirinya tertembus peluru. Hasan terguling-guling sebentar di atas aspal, sebelum melepaskan kata-kata “Allahu Akbar!” lalu tak bergerak lagi. “Mata-mata , ya! Mata-mata , ya! Orang jahat! Bakeru!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar