BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra
merupakan hasil ekspresi pemikiranan dan perasaan manusia baik lisan maupun
tulisan dengan menggunakan bahasa yang indah menurut konteksnya (Hutomo dalam
Najid, 2003:5). Ada tiga jenis karya sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Puisi termasuk karya
sastra tertua dalam bentuk tulisan yang
paling awal dibuat oleh manusia. Adapun, Karya sastra lama yang berbentuk puisi, antara lain
Mahabarata dan Ramayana.Puisi ialah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan,
dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu serta pemilihan kata-kata
kias (Waluyo, 2005:1). Kata yang digunakan dipilih, agar memiliki kekuatan
pengucapan. Walaupun singkat dan padat, namun berkekuatan. Oleh karena itu
penyair berusaha untuk memilih kata-kata yang memiliki persamaan bunyi.
Kata-kata itu dicarikan konotasi atau makna tambahannya dan dibuat bergaya
dengan bahasa figuratif sehingga mewakili makna yang lebih banyak dan luas.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah
pengertian Gaya Bahasa ?
2.
Apa
yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Metafora ?
3.
Apa
yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Simile ?
4.
Apa
yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Personifikasi?
5.
Apa
yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Hiperbola?
6.
Apa
yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Sinekdoke?
7.
Apa
yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Ironi?
C. TUJUAN
1.
Membahas
mengenai pengertian Gaya Bahasa.
2.
Membahas
mengenai Gaya Bahasa Metafora.
3.
Membahas
mengenai Gaya Bahasa simile.
4.
Membahas
mengenai Gaya Bahasa Personifikasi
5.
Membahas
mengenai Gaya Bahasa Hiperbola
6.
Membahas
mengenai Gaya Bahasa Sinekdoke
7.
Membahas
mengenai Gaya Bahasa Ironi
D. MANFAAT
Manfaat
dari penulisan makalah ini ialah agar dapat memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa/i mengenai Pengertian majas/gaya bahasa serta
jenis-jenis majas yang digunakan dalam puisi, Agar dapat memudahkan mahasiswa/i dalam proses belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gaya Bahasa
Gaya
bahasa merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perkataan yang timbul
atau hidup dalamhati penulis, yang menimbulkan perasaan tertentu dalam hati
pembaca.Gaya bahasa ialah suatu aturan dalam ruang lingkup bahasa yang
digunakan menjadi tolak ukur suatu karya. Seperti pendapat Keraf (2012) “gaya
atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata
style diturunkan dari kata Latin stilis, yaitu semacam alat untuk menulis pada
lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya
tulisan pada lempengan tadi”. Sedangkan gaya bahasa menurut Abram (dalam Al
Imron, 2009:142) adalah “cara pemakaian bahasa dalam karangan, atau bagaimana
seseorang pengarang menggungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan”. Sedangkan
menurut Leech &Short (dalam Al Imron, 2009:142) “dibagi makna tanda
tersebut ditentukan oleh konvensi sastra. Dengan demikian untuk dapat memahami
makna puisi secara total kita dapat mengkaji hubungan stalistika itu sebagai
salah satu unsur yang membangun puisi tersebut dengan unsur-unsur yang lain
secara keseluruhan”.
Namun
dalam segi pembagian gaya bahasa dalam puisi, masih dibagi menjadi beberapa
bagian. Seperti menurut pendapat Keraf (2000:116) “membagi gaya bahasa menjadi
empat, yaitu gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan nada
yang terkandung dalam wacana, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, gaya
bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna”.
1) Gaya
bahasa berdasarkan pilihan kata
Gaya
bahasa ini membahas ketepatan dan kesulitan dalam situasi-situasi tertentu.Kata
yang paling tepat untuk posisi dalam kalimat dan tepat tidaknya pemakaian kata
tersebut dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Gaya bahasa ini
meliputi gaya bahasa resmi, tidak resmi, dan percakapan.
2) Gaya
bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana
Gaya
bahasa ini didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata
yang terdapat dalam sebuah wacana. Gaya bahasa ini meliputi gaya sederhana,
mulia dan bertenaga, serta menengah
3) Gaya
bahasa berdasarkan struktur kalimat
Struktur
kalimat bersifat periodic, kendur, dan berimbang. Periodik apabila bagian yang
terpenting mendapatkan penekanan di akhir kalimat. Kendur apabila penekanan
dilakukan di awal kalimat. Berimbang apabila dua bagian kalimat atau lebih
memiliki kedudukan sederajat. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dibagi
atas klimaks, antiklimaks, paralelisme, antithesis, dan repetisi.
4) Gaya
bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
Gaya
bahasa ini sering disebut “trope”
yang berarti penyimpangan. Gaya berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya
makna yaitu acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotasi atau sudah
ada penyimpangan. Gaya bahasa ini dibagi menjadi dua yaitu gaya retoris dan
gaya kiasan. Salah satu unsur puisi ialah gaya bahasa itu sendiri. Gaya bahasa
dalam sebuah puisi biasanya mencakup berbagai majas dimana majas itu digunakan
untuk menambah bobot dan penekanan pada puisi tersebut. Majas-majas yang
digunakan seperti majas simile, hiperbola, personifikasi, metafora, dan
metonimi. Penekanan suatu makna yang terdapat dalam sebuah puisi biasanya
terletak pada majas-majas yang digunakan.
B. Pentingnya Gaya Bahasa dalam Puisi
Bahasa
sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Bahasa merupakan unsur pokok dalam pembuatan sebuah
karya sastra khusunya puisi, Pada hakikatnya puisi bukanlah susunan kata-kata
yang membentuk barisan dan bait, melainkan sesuatu yang terkandung di dalam
kata, baris, dan bait itu.Puisi adalah keindahan dan suasana tertentu yang
terkandung di dalam kata-kata. Dari penjelasan puisi di atas, terlihat beberapa
persamaan mengenai karakteristik sebuah puisi”.
Dengan
majas yang kita gunakan membuat puisi, maka puisi tersebut menjadi lebih
variatif dan unsur keindahannya semakin kompleks. Meskipun gaya bahasa yang
digunakan penulis beranekaragam, namun itu menambah kekayaan bahasa dalam
puisi. Sehingga si pembaca dan pendengar lebih bisa menghayati dan ikut
merasakan apa isi atau makna yang terkandung dalam puisi tersebut. Hal ini
mengacu pada pendapat Awaludin (2009) sebagai berikut:
Dalam
puisi terdapat kebebasan menuangkan kata-kata menurut imajinasi si penulis.
Oleh karena itu majas sebagai gaya bahasa itu penting dalam puisi. Gaya bahasa
yang digunakan oleh setiap penulis atau penutur bahasa berbeda-beda. Gaya
bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang
dalam sebuah puisi, gaya penulisan menekankan unsur yang berkaitan dengan
fungsi dalam teks itu sendiri. Gaya bahasa sebuah teks puisi ditentukan oleh
maksut ataupun tujuan si penulis yang membuat puisi tersebut. Selain itu, unsur
kebiasaan seorang penulis serta unsur kedaerahan juga dapat mempengaruhi gaya
bahasa seorang penulis puisi.
Dalam
konteks puisi, bahasa adalah alat yang digunakan oleh penyair untuk memindahkan
pengalaman jiwa, yaitu pemikiran serta perasaannya kedalam puisi. Bahasa dalam
sebuah puisi perlu juga memperlihatkan kehalusan, kesempurnaan, dan kemuliaan
pembentukan serta penyusunannya sebagai syarat-syarat keindahan bahasa sastra
(Guan,2010). Sedangkan definisi gaya menurut Za’ba (1962) “gaya bahasa itu
ialah rupa susuk bahasa yang dipakai apabila berrcakap atau mengarangg, yaitu
tentang perkataannya, ikatan ayatnya, jalan bahasanya, cara susunan atau bentuk
peribahasanya”. Dalam puisi gaya bahasa itu menentukan
bagus atau tidaknya puisi tersebut. Seperti pendapat (Usman,2010) “bahasa
adalah alat atau wahana yang magis, yang dapat mempengaruhi pembaca atau
pendengar dan dapat dirubah perasaan atau pemikirannya oleh penyair”.
Oleh
sebab itu gaya bahasa dalam sebuah karya sastra khusunya puisi, sangat penting
untuk menghasilkan sebuah karya sastra yang bagus dan dihargai masyarakat.
C.
Gaya Bahasa / majas
1.
Metafora
Metafora
adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat, padat dan tersusun
rapi.Metafora adalah Pemakaian kata - kata bukan arti yang sebenarnya,
melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Kiasan atau metafora adalah perbandingan yang implisit –
jadi tanpa kata seperti atau sebagai – diantara dua hal yang berbeda. Metafora
adalah sejenis majas perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi.
Didalamnya terdapat dua ide yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang
dipikirkan, yang menjadi obyek dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap
kenyataan tadi dan menggantikan yang belakangan ini menjadi yang terdahulu.
Contoh :
Akoe adalah anak kampoeng
Akoe adalah anak doesoen
Akoe adalah anak yang toemboeh
disela
Soeboernya rasa gotong-royong
Ditengah manisnya toetoer sapa
Antar orang kampoeng
2.
Simile
simile adalah perbandingan dua hal yang
pada hakikatnya berlainan dan sengaja kita anggap sama. Perbandingan itu secara
eksplisit dijelaskan kata pemakaian seperti, ibarat, perumpamaan, bak, laksana.
Contoh
puisi :
Gadis dan Noda
Gadis
cantik laksana melati putih
Semerbak
mewangi
Menebarkan
pesona
Laksana
mentari tersenyum
Gadis
perawan lincah
Laksana
kancil betina muda
Berlari-lari
kecil
Meraung
bak singa muda
Diatas
bumi menguning
Layu
tanpa berseri lagi
Bak
bunga dihisap kumbang
Ibarat
menelan duri
Gadis
perawan berduka
Bak
bumi tertimpa bulan
Karya:
hendra bahari singkawang 2015
4. Personifikasi
Personifikasi
adalah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak
bernyawa dan ide yang abstrak. Atau dapat diartikan majas yang membandingkan
benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia
Contoh puisi :
Layunya perawan kecil
Angin sepoi menyentuh perawan desa
Perawan
desa yang lugu
Dengan gemerincing gelang yang
menyanyi ria
Menemani perawan desa
Pujaan hati kumbang setaman
Burung gagak bersorak ria menyambut
perawan,
Duri – duri tajam mencolek genit,
Pohon - pohon beringin berjoget ria,
Menyonsong perawan desa,
Berlari kecil dijalanan setapak,
Berbatu tajam berbaring menggelitik
kaki mulus,
Si kecil perawan desa layu
Si kecil perawan desa gugur
Si kecil perawan tak bernyawa
Karya : hendra bahari singkawang
2015
5.
Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang
mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud untuk memperhebat,
meningkatkan kesan dan daya pengaruh.
Contoh puisi :
Tangisan neraka
Ditengah
larutnya malam dingin
Terlintas
wajah datar, pucat membiru,
Bola
mata merah berdarah,
Penuh linangan
air mata darah,
Yang
menganak sungai.
Terdengar
suara rintihan,
Seakan
memecah keheningan malam bulan purnama.,
Rintihan
kata dan serapah,
Keluar
dari bibir manismu
Yang
penuh darah segar.
“
Munafik “…
Kau
anjing penghisap lautan darah,
Kau
serigala berbulu domba,
Kau
gagak hitam pemangsa,
Kau kumbang
penghisap madu,
Panas
api neraka kau siramkan padaku,
Noda
– noda hitam kau titikkan dihidupku
Hingga
aku mati suri
Tak
tau arah tujuan
Karya : Hendra bahari
singkawang 2015
6. Sinekdoke
Gaya bahasa sinekdoke merupakan gaya
bahasa yang menyebutkan nama sebagian penganti nama seluruhannya atau sebaliknya.
A.
Sinekdoke
Pars Pro Toto
Merupakan
gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya.
Contoh puisi :
Malam kematian
Malam purnama merona
Dilangit
sang semesta
Tampak
wanita bercadar putih
Dengan
Batang hidung mancung
Berambut
panjang terurai
Muka
datar nan garang
Mengganas,menggila,,
Mencabik
– cabik orok warga
Yang
tak tau siapa empunya.
Denyut
jantung berdetak kencang
Kala
terdengar
Lengkingan
suara anak manusia
Tersenyum,tertawa,membahana
Memecah
hancur daun telinga
Saat suara berkata “aku telah membunuhnya”.
Karya
: Hendra bahari singkawang 2015
B. Sinekdoke
Totem Pro Parte
Gaya bahasa yang menyebutkan
keseluruhan untuk pengganti sebagian saja.
Contoh puisi:
RENUNGAN
BATIN
Di waktu malam
Di bulan kelam
Hatiku sedih
Merasa pedih
“ Mengenang Agama
Islam Sempurna
Dulu masyur
Sekarang kendur.”
O saudara
Muslim indonesia
Putera dan puteri
Ajaklah diri
“ buangkanlah caci
Hilangan dengki
Islam dan keimanan
Jadikan pedoman.”
Karya : A.R.H
7. Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan
makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau memperolok-olok.
Contoh puisi:
Perawan kematian
Terlihat
senyuman manis berbisa
Dari
bibir penabur benih neraka
Dari
raut wajah ayu penuh dosa
Kau
bisikkan kata-kata indah
Dari
bibir manis merona penuh noda dan bisa
Yang
beraroma manis nan memuakkan
Bertabur
benih-benih indahnya siksa api neraka
Pada
mereka, kaum arjuna yang buta,terbuai lara akan cinta
Wangi
aroma melati tubuhmu …
Kau
tebarkan pada mereka
Agar
pesona hasratmu tercapai
Hingga
membuat aku, dia
Mereka
semua, muntah darah
Saat
ku tau kau perawan setan
Dewi durga pembawa
kematian.
Karya
: Hendra Bahari Singkawang 2015
,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar