Selasa, 08 Desember 2015



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar  Belakang
Sastra merupakan hasil ekspresi pemikiranan dan perasaan manusia baik lisan maupun tulisan dengan menggunakan bahasa yang indah menurut konteksnya (Hutomo dalam Najid, 2003:5).  Ada  tiga jenis  karya sastra, yaitu  prosa, puisi, dan drama. Puisi termasuk karya sastra  tertua dalam bentuk tulisan yang paling awal dibuat oleh manusia. Adapun, Karya sastra  lama yang berbentuk puisi, antara lain Mahabarata dan Ramayana.Puisi ialah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu serta pemilihan kata-kata kias (Waluyo, 2005:1). Kata yang digunakan dipilih, agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat dan padat, namun berkekuatan. Oleh karena itu penyair berusaha untuk memilih kata-kata yang memiliki persamaan bunyi. Kata-kata itu dicarikan konotasi atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figuratif sehingga mewakili makna yang lebih banyak dan luas.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian Gaya Bahasa ?
2.      Apa yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Metafora ?
3.      Apa yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Simile ?
4.      Apa yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Personifikasi?
5.      Apa yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Hiperbola?
6.      Apa yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Sinekdoke?
7.      Apa yang dimaksud dengan Gaya Bahasa Ironi?




C.    TUJUAN
1.      Membahas mengenai pengertian Gaya Bahasa.
2.      Membahas mengenai Gaya Bahasa Metafora.
3.      Membahas mengenai Gaya Bahasa simile.
4.      Membahas mengenai Gaya Bahasa Personifikasi
5.      Membahas mengenai Gaya Bahasa Hiperbola
6.      Membahas mengenai Gaya Bahasa Sinekdoke
7.      Membahas mengenai Gaya Bahasa Ironi

D.    MANFAAT
            Manfaat dari penulisan makalah ini ialah agar dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa/i mengenai Pengertian majas/gaya bahasa serta jenis-jenis majas yang digunakan dalam puisi, Agar dapat memudahkan mahasiswa/i dalam proses belajar.


































BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perkataan yang timbul atau hidup dalamhati penulis, yang menimbulkan perasaan tertentu dalam hati pembaca.Gaya bahasa ialah suatu aturan dalam ruang lingkup bahasa yang digunakan menjadi tolak ukur suatu karya. Seperti pendapat Keraf (2012) “gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilis, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi”. Sedangkan gaya bahasa menurut Abram (dalam Al Imron, 2009:142) adalah “cara pemakaian bahasa dalam karangan, atau bagaimana seseorang pengarang menggungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan”. Sedangkan menurut Leech &Short (dalam Al Imron, 2009:142) “dibagi makna tanda tersebut ditentukan oleh konvensi sastra. Dengan demikian untuk dapat memahami makna puisi secara total kita dapat mengkaji hubungan stalistika itu sebagai salah satu unsur yang membangun puisi tersebut dengan unsur-unsur yang lain secara keseluruhan”.  
Namun dalam segi pembagian gaya bahasa dalam puisi, masih dibagi menjadi beberapa bagian. Seperti menurut pendapat Keraf (2000:116) “membagi gaya bahasa menjadi empat, yaitu gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna”.
1)      Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
Gaya bahasa ini membahas ketepatan dan kesulitan dalam situasi-situasi tertentu.Kata yang paling tepat untuk posisi dalam kalimat dan tepat tidaknya pemakaian kata tersebut dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Gaya bahasa ini meliputi gaya bahasa resmi, tidak resmi, dan percakapan.
2)      Gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana
Gaya bahasa ini didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Gaya bahasa ini meliputi gaya sederhana, mulia dan bertenaga, serta menengah
3)      Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
Struktur kalimat bersifat periodic, kendur, dan berimbang. Periodik apabila bagian yang terpenting mendapatkan penekanan di akhir kalimat. Kendur apabila penekanan dilakukan di awal kalimat. Berimbang apabila dua bagian kalimat atau lebih memiliki kedudukan sederajat. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dibagi atas klimaks, antiklimaks, paralelisme, antithesis, dan repetisi.
4)      Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
Gaya bahasa ini sering disebut “trope” yang berarti penyimpangan. Gaya berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna yaitu acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotasi atau sudah ada penyimpangan. Gaya bahasa ini dibagi menjadi dua yaitu gaya retoris dan gaya kiasan. Salah satu unsur puisi ialah gaya bahasa itu sendiri. Gaya bahasa dalam sebuah puisi biasanya mencakup berbagai majas dimana majas itu digunakan untuk menambah bobot dan penekanan pada puisi tersebut. Majas-majas yang digunakan seperti majas simile, hiperbola, personifikasi, metafora, dan metonimi. Penekanan suatu makna yang terdapat dalam sebuah puisi biasanya terletak pada majas-majas yang digunakan.

B.     Pentingnya Gaya Bahasa dalam Puisi
 Bahasa sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Bahasa  merupakan unsur pokok dalam pembuatan sebuah karya sastra khusunya puisi, Pada hakikatnya puisi bukanlah susunan kata-kata yang membentuk barisan dan bait, melainkan sesuatu yang terkandung di dalam kata, baris, dan bait itu.Puisi adalah keindahan dan suasana tertentu yang terkandung di dalam kata-kata. Dari penjelasan puisi di atas, terlihat beberapa persamaan mengenai karakteristik sebuah puisi”.
Dengan majas yang kita gunakan membuat puisi, maka puisi tersebut menjadi lebih variatif dan unsur keindahannya semakin kompleks. Meskipun gaya bahasa yang digunakan penulis beranekaragam, namun itu menambah kekayaan bahasa dalam puisi. Sehingga si pembaca dan pendengar lebih bisa menghayati dan ikut merasakan apa isi atau makna yang terkandung dalam puisi tersebut. Hal ini mengacu pada pendapat Awaludin (2009) sebagai berikut:
Dalam puisi terdapat kebebasan menuangkan kata-kata menurut imajinasi si penulis. Oleh karena itu majas sebagai gaya bahasa itu penting dalam puisi. Gaya bahasa yang digunakan oleh setiap penulis atau penutur bahasa berbeda-beda. Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa  oleh seseorang dalam sebuah puisi, gaya penulisan menekankan unsur yang berkaitan dengan fungsi dalam teks itu sendiri. Gaya bahasa sebuah teks puisi ditentukan oleh maksut ataupun tujuan si penulis yang membuat puisi tersebut. Selain itu, unsur kebiasaan seorang penulis serta unsur kedaerahan juga dapat mempengaruhi gaya bahasa seorang penulis puisi.
Dalam konteks puisi, bahasa adalah alat yang digunakan oleh penyair untuk memindahkan pengalaman jiwa, yaitu pemikiran serta perasaannya kedalam puisi. Bahasa dalam sebuah puisi perlu juga memperlihatkan kehalusan, kesempurnaan, dan kemuliaan pembentukan serta penyusunannya sebagai syarat-syarat keindahan bahasa sastra (Guan,2010). Sedangkan definisi gaya menurut Za’ba (1962) “gaya bahasa itu ialah rupa susuk bahasa yang dipakai apabila berrcakap atau mengarangg, yaitu tentang perkataannya, ikatan ayatnya, jalan bahasanya, cara susunan atau bentuk peribahasanya”. Dalam  puisi gaya bahasa itu  menentukan bagus atau tidaknya puisi tersebut. Seperti pendapat (Usman,2010) “bahasa adalah alat atau wahana yang magis, yang dapat mempengaruhi pembaca atau pendengar dan dapat dirubah perasaan atau pemikirannya oleh penyair”.
Oleh sebab itu gaya bahasa dalam sebuah karya sastra khusunya puisi, sangat penting untuk menghasilkan sebuah karya sastra yang bagus dan dihargai masyarakat.

C.      Gaya Bahasa / majas

1.     Metafora
Metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat, padat dan tersusun rapi.Metafora adalah Pemakaian kata - kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Kiasan atau metafora adalah perbandingan yang implisit – jadi tanpa kata seperti atau sebagai – diantara dua hal yang berbeda. Metafora adalah sejenis majas perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Didalamnya terdapat dua ide yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi obyek dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi dan menggantikan yang belakangan ini menjadi yang terdahulu.
Contoh :

Akoe adalah anak kampoeng
Akoe adalah anak doesoen
Akoe adalah anak yang toemboeh disela
Soeboernya rasa gotong-royong
Ditengah manisnya toetoer sapa
Antar orang kampoeng

2.     Simile
simile adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan sengaja kita anggap sama. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan kata pemakaian seperti, ibarat, perumpamaan, bak, laksana.

Contoh  puisi :
Gadis dan Noda

Gadis cantik laksana melati putih
Semerbak mewangi
Menebarkan pesona
Laksana mentari tersenyum

Gadis perawan lincah
Laksana kancil betina muda
Berlari-lari kecil
Meraung bak singa muda
Diatas bumi menguning
Layu tanpa berseri lagi
Bak bunga dihisap kumbang

Ibarat menelan duri
Gadis perawan berduka
Bak bumi tertimpa bulan

Karya: hendra bahari singkawang 2015

4.      Personifikasi
Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Atau dapat diartikan majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia

Contoh puisi : 
Layunya perawan kecil

Angin sepoi menyentuh perawan desa
Perawan desa yang lugu                     
Dengan gemerincing gelang yang menyanyi ria
Menemani perawan desa
Pujaan hati kumbang setaman

Burung gagak bersorak ria menyambut perawan,
Duri – duri tajam mencolek genit,
Pohon - pohon beringin berjoget ria,
Menyonsong perawan desa,
Berlari kecil dijalanan setapak,
Berbatu tajam berbaring menggelitik kaki mulus,
Si kecil perawan desa layu
Si kecil perawan desa gugur
Si kecil perawan tak bernyawa

Karya : hendra bahari singkawang 2015

5.       Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan daya pengaruh.

Contoh puisi  :
Tangisan neraka

Ditengah larutnya malam dingin
Terlintas wajah datar, pucat membiru,
Bola mata merah berdarah,
Penuh  linangan  air mata darah,
Yang menganak sungai.

Terdengar suara rintihan,
Seakan memecah keheningan malam bulan purnama.,
Rintihan kata dan serapah,
Keluar dari   bibir manismu
Yang penuh darah segar.

“ Munafik “…
Kau anjing penghisap lautan darah,
Kau serigala berbulu domba,
Kau gagak hitam pemangsa,
Kau  kumbang  penghisap madu,

Panas api neraka kau siramkan padaku,
Noda – noda hitam kau titikkan dihidupku
Hingga aku mati suri
Tak tau arah tujuan
                       
    Karya : Hendra  bahari  singkawang 2015

6.   Sinekdoke
Gaya bahasa sinekdoke merupakan gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian penganti nama seluruhannya atau sebaliknya.
A.    Sinekdoke Pars Pro Toto
Merupakan gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya.

Contoh puisi :
Malam kematian

Malam  purnama merona
Dilangit sang semesta
Tampak wanita  bercadar putih
Dengan Batang hidung mancung
Berambut panjang terurai

Muka datar  nan garang
Mengganas,menggila,,
Mencabik – cabik orok warga
Yang tak tau siapa empunya.

Denyut jantung  berdetak kencang
Kala terdengar
Lengkingan suara anak manusia
Tersenyum,tertawa,membahana
Memecah hancur daun telinga
Saat  suara berkata “aku telah membunuhnya”.

Karya : Hendra bahari singkawang 2015



B. Sinekdoke Totem Pro Parte
Gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk pengganti sebagian saja.

Contoh puisi:

RENUNGAN BATIN
Di waktu malam
Di bulan kelam
Hatiku sedih
Merasa pedih
“ Mengenang Agama
Islam Sempurna
Dulu masyur
Sekarang kendur.”

O saudara
Muslim indonesia
Putera dan puteri
Ajaklah diri
“ buangkanlah caci
Hilangan dengki
Islam dan keimanan
Jadikan pedoman.”
Karya : A.R.H

7.  Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau memperolok-olok.
Contoh puisi:

Perawan kematian

Terlihat senyuman manis berbisa
Dari bibir penabur benih neraka
Dari raut wajah  ayu  penuh dosa

Kau bisikkan kata-kata  indah
Dari bibir manis merona penuh noda dan bisa
Yang beraroma manis nan memuakkan
Bertabur benih-benih indahnya siksa api neraka
Pada mereka, kaum arjuna yang buta,terbuai lara akan cinta

Wangi aroma melati  tubuhmu …
Kau tebarkan  pada mereka
Agar pesona hasratmu tercapai
Hingga membuat aku, dia
Mereka semua, muntah darah
Saat ku tau kau perawan setan
Dewi durga pembawa kematian.

Karya : Hendra Bahari Singkawang 2015


,



Tidak ada komentar:

Posting Komentar